Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Duck Syndrome, Terlihat Bahagia padahal Jiwa Teraniaya

Dalam twit tersebut, dijelaskan poin-poin mengenai duck syndrome mulai dari kerap memenuhi ekspektasi tinggi dari lingkungan, ingin terlihat sempurna, hingga mengalami kejadian traumatis.

Unggahan itu menjadi perbincangan warganet di Twitter. Beberapa warganet meninggalkan komentar di unggahan tersebut.

"Ternyata aku sindrom bebek," tulis akun ini. 

"Saya mengalami hal diatas, memang butuh support sistem dan itu ibu saya sendiri. alhamdulillah dgn beliau saya bisa ngeluh dan ngeluarin isi pikiran saya. ya walau ga semuanya, setidaknya hanya ibu saya manusia yg bisa saya percaya," ucap warganet lain.

Hingga Minggu (27/11/2022), unggahan tersebut telah dibagikan kepada lebih dari 700 akun dan disukai oleh 2.741 pengguna Twitter.

Lantas, apa itu duck syndrome?

Mengenal duck syndrome

Menurut Medicinenet, duck syndrome adalah kondisi ketika seseorang terlihat sangat tenang namun pada kenyataannya mereka merasa panik karena tuntutan lingkungan.

Duck syndrome bukan merupakan diagnosis kesehatan mental formal. Istilah ini diperkenalkan oleh Stanford University.

Pakar psikologi Universitas Airlangga (Unair), Margaretha Rehulina, S.Psi., G.Dip.Psych., M.Sc., mengatakan bahwa istilah tersebut menggambarkan mahasiswa Stanford di tahun pertama.

Saat itu mereka menampilkan diri seperti bebek, di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat.

"Supaya tidak terlihat kalah, maka mereka harus bersikap seperti bebek yang tenang padahal di balik itu semua sedang mengalami perjuangan, kegelisahan, dan ketakutan," ujarnya, dilansir dari KompasTV.

Umumnya, fenomena ini muncul ketika seseorang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan.

Duck syndrome biasanya menimbulkan beberapa hal, seperti depresi, kecemasan, atau tahap awal dari banyak penyakit mental (manifestasi). Biasanya muncul sebagai reaksi terhadap stres.

Jenis duck syndrome

Margaretha menambahkan bahwa dunia klinis tidak menggunakan istilah duck syndrome. Dia menuturkan, duck syndrome bukanlah diagnosa klinis.

Dilansir dari Kompas.com (24/1/2022), ada tiga jenis duck syndrome yang sering dialami oleh orang-orang, diantaranya:

1. Berpura-pura terlihat sukses

Jenis duck syndrome yang kerap dialami orang-orang adalah menampilkan diri di sosial media terlihat glamor, sukses, dan bahagia.

Faktanya, seseorang itu harus berhutang atau bekerja dengan sangat keras.

Untuk menghadapi duck syndrome jenis ini, Margaretha menganjurkan agar orang tersebut belajar untuk menerima diri sendiri.

"Tidak perlu berpura-pura dan menipu diri di sosial media untuk menampilkan kesuksesan walaupun sebenarnya itu bukan gambaran dirinya," terangnya.

2. Mencoba terlihat baik-baik saja

Jenis duck syndrome lainnya yang kerap dialami orang adalah terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya mereka sedang mengalami banyak masalah.

Duck syndrome seperti ini paling berbahaya karena terkait dengan persoalan "mood", seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya.

Jika seseorang mengalami duck syndrome jenis ini, Margaretha menganjutkan agar seseorang itu tidak segan untuk memahami persoalan yang sedang terjadi pada dirinya.

"Kita juga perlu mengajarkan kepada mereka untuk jangan sungkan meminta bantuan," sarannya.

Bantuan tersebut bisa diperoleh dari ahli profesional atau keluarga terdekat untuk membantu menghadapu persoalan tersebut.

3. Membandingkan diri dengan orang lain

Jenis duck syndrome berikutnya adalah membandingkan diri dengan orang lain.

Duck syndrome ini dialami oleh mereka yang di dalam kepalanya ingin berhasil sehingga ia menampilkan dirinya berhasil.

Faktanya, ia justru sangat kewalahan bahkan tidak mampu untuk mencapai tujuannya karena sudah melampaui batas kemampuan.

Akibatnya, dia akan membandingkan diri dengan sesuatu yang di luar kemampuannya.


Penyebab Duck Syndrome

Dikutip dari Gramedia.com, berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang bisa mengalami duck syndrome:

1. Tuntutan akademik

Tuntutan akademik bisa menyebabkan duck syndrome karena dianggap memberatkan seseorang. Tereutama jika tidak sesuai kapasitas orang tersebut.

Misalnya jurusan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa dan lingkungan belajar yang tidak cocok.

Jika seseorang tidak mampu merespon kesulitan tersebut dengan baik, maka bisa saja mengalami masalah sindrom ini.

2. Ekspektasi berlebihan

Ekspektasi yang tinggi dari orang lain sangat mempengaruhi seseorang mengalami sindrom ini, karena mereka memiliki sifat yang berlebihan dengan pandangan orang lain, bukan kapasitas siri yang mereka alami.

Akhirnya mereka akan berupaya terlihat tenang, dan baik-baik saja sesuai dengan ekspektasi orang lain.

3. Pola asuh helikopter

Pola asuh helikopter adalah sebuah istilah lain dari pola asuh orang tua yang terlalu protektif terhadap tindakan dan perilaku anaknya.

Orang tua dengan jenis pola asuh ini cenderung berlebihan saat melindungi dan mengatur anaknya. Pola asuh helikopter ini dapat berdampak buruk terhadap perkembangan emosional anak tersebut.

Salah satu penyebabnya adalah sindrom ini yang membuat seseorang menjadi sulit untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memanipulasi diri demi orang lain.

Selain itu juga dapat berdampak bagi anak menjadi tidak mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Akhirnya membuat anak tersebut berpura-pura untuk tetap tenang dan tampak baik-baik saja.

4. Pengaruh media sosial

Media sosial justru dapat memperburuk kondisi mental seseorang, termasuk menjadi penyebab sindrom ini.

Misalnya seseorang yang terbuai dengan ide bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia ketika melihat unggahan dari orang tersebut, akhirnya membuat seseorang tidak menjadi jati dirinya sendiri dan hanya memperlihatkan sisi baiknya saja di media sosial.

5. Perfeksionisme

Sifat perfeksionisme menjadi penyebab sindrom ini karena membuat seseorang ingin selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja. Mereka cenderung memberikan standar hidup yang tinggi pada dirinya, sehingga sulit menerima kekurangan atau kegagalan dalam hidupnya.

6. Peristiwa traumatik

Peristiwa traumatik memang memiliki pengaruh besar pada kesehatan mental seseorang, termasuk duck syndrome yang membuat seseorang berupaya menutupi masalah atau bebannya.

Seperti pelecehan verbal, fisik, dan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau kematian orang yang dicintai bisa membuat seseorang sangat terpukul atas hidupnya namun terpaksa harus tetap menjalankan hidupnya.

Peristiwa traumatik tersebut menjadi momok dan beban yang disembunyikan oleh seseorang yang menderita duck syndrome sehingga membuat hidupnya semakin berat.

7. Self-esteem yang rendah

Penyebab orang yang memiliki sindrom bebek ini adalah memiliki self-esteem yang rendah sehingga membuatnya sulit memahami dirinya sendiri dan lebih memilih memanipulasi dirinya berdasarkan pandangan orang lain.

Cara mengatasi Duck Syndrome

Duck syndrome dapat menyebabkan depresi berat atau pikiran untuk bunuh diri. Oleh karena itu, disarankan agar orang dengan sindrom bebek atau berisiko tinggi mengalami masalah psikologis berkonsultasi dengan dokter atau psikolog mereka.

Jika kamu merasa menderita duck syndrome, cari bantuan dan ikuti tips berikut ini untuk tetap sehat secara mental:

  1. Lakukan konseling dengan ahli yang dapat membantu mengenali kecemasan dan masalah mu
  2. Kenali kapasitas dirimu agar bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang kamu punya
  3. Belajarlah untuk mencintai diri sendiri dan tidak terlalu memikirkan pandangan orang lain
  4. Jalan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol secara berlebihan
  5. Jujur pada diri sendiri dengan cara luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi untuk mengurangi stres
  6. Merubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan lebih fokus dengan diri sendiri
  7. Memberi jarak dengan media sosial dan menggunakannya secara bijak untuk diri sendiri

Faktor risiko duck syndrome

Dikutip dari Medicinenet, faktor risiko syndrome ini mencakup banyak aspek, misalnya pengalaman kuliah ketika harus tinggal jauh dari keluarga, peningkatan yang signifikan dalam tuntutan akademik, serta tekanan di lingkungan sosial.

Selain itu, tekanan gelombang media sosial pada orang dewasa muda untuk terlihat mencapai kesempurnaan.

Aspek keluarga juga meningkatkan risiko duck syndrome ini, terutama keluarga yang memiliki kecenderungan untuk menuntut dan sangat kompetitif, menjunjung tinggi kesempurnaan, dan orang tua yang terlalu protektif terhadap anaknya.

Gaya pengasuhan seperti ini biasanya membuat orang tua lebih dominan dalam mengatur kehidupan anak.

Akibatnya, duck syndrome muncul karena tuntutan lingkungan sekitar sehingga memicu depresi dan kecemasan.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/27/143000165/ramai-soal-duck-syndrome-terlihat-bahagia-padahal-jiwa-teraniaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke