Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gelombang Panas Eropa, Penyebab dan Mengapa Dampaknya Bisa Sangat Mematikan

Dikutip dari Kompas.com (21/7/2022), di Spanyol, bahkan disampaikan korban tewas mencapai lebih dari 500 orang akibat terjadinya gelombang panas 10 hari terakhir.

Akibat gelombang panas yang terjadi, sejumlah negara Eropa bahkan memiliki suhu udara yang mencapai lebih dari 40 derajat.

Selain itu, suhu tinggi ini juga merusak sejumlah infrastruktur, seperti menyebabkan jalanan meleleh di beberapa tempat.

Lantas, sebenarnya apa penyebab dari gelombang panas yang terjadi di Eropa ini?

Penyebab gelombang panas

Sebagaimana dikutip dari Indian Express, pemanasan global adalah penyebab terjadinya fenomena ini.

Di mana akibat pemanasan global ini suhu rata-rata bertambah sekitar 1,1 derajat celcius lebih tinggi dibanding pada abad ke-19.

Meski demikian, faktor lain seperti sirkulasi atmosfer dan lautan juga disebut memengaruhi terjadinya gelombang panas.

Peneliti dari Universitas Columbia Kai Kornhuber menilai sejumlah wilayah di Eropa masuk dalam zona bertekanan rendah.

Hal ini kemudian mengakibatkan wilayah tersebut cenderung menarik udara ke wilayah itu.

Di mana zona bertekanan rendah akan terus-menerus menarik udara dari Afrika Utara yang cenderung panas.

Kornhuber juga mengatakan pemanasan di Kutub Utara yang terjadi lebih cepat dibanding bagian lain dunia mungkin juga berperan.

Adapun Efi Rousi, seorang ilmuwan senior di Postdam Institute for Climate Research Jerman, mengatakan bahwa gelombang panas saat ini berhubungan dengan adanya double jet yang terjadi dua minggu terakhir yang pada akhirnya menyebabkan panas menumpuk di daerah dengan angin lemah.

Rousi juga menilai indikasi adanya perubahan sirkulasi Meridional Atlantik yang juga berpengaruh pada iklim Eropa.

Tahun lalu, Rousi menggunakan simulasi komputer menerbitkan makalah yang menerangkan bahwa melemahnya arus saat suhu menghangat akan menyebabkan perubahan sirkulasi atmosfer yang pada akhirnya menyebabkan musim panas di Eropa jadi lebih kering.

Mengapa suhu 40 derajat membuat masalah besar di Eropa?

Di sejumlah negara, suhu 40 derajat celcius mungkin tak begitu membawa dampak besar.

Namun, suhu 40 derajat celcius bisa membawa dampak membahayakan di Eropa karena di banyak negara Eropa, bangunan tak dirancang untuk menahan suhu di atas 20 derajat celcius.

Ilmuwan Iklim Imperial College London Mariam Zachariah mengatakan, sebagian besar rumah di Eropa utamanya Eropa Utara dibangun untuk "menjebak panas" agar penghuninya bisa bertahan dari dinginnya musim dingin dengan lebih baik.

Sehingga saat gelombang panas terjadi dan suhu melonjak tinggi, hunian-hunian itu menjadi sumber petaka. Karena tak banyak rumah yang memiliki AC atau pendingin udara.

Infrastruktur di kota-kota Eropa juga tak dibangun untuk membuat orang merasa sejuk, sehingga gelombang panas yang terjadi bisa berdampak sangat mematikan di Eropa.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/22/112500765/gelombang-panas-eropa-penyebab-dan-mengapa-dampaknya-bisa-sangat-mematikan

Terkini Lainnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke