Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Mana Bumi Dipijak, di Sana Langit Dijunjung

Maka ketika mempergelar sebuah acara kesenian di sebuah gedung kesenian di Jakarta (yang tidak perlu saya sebut namanya agar saya tidak dituduh melakukan pencemaran nama baik gedung kesenian tersebut) secara perwira saya mengabaikan saran agar sebelum mempergelar acara di gedung kesenian tersohor angker itu saya wajib menyelenggarakan upacara slametan.

Bagi saya upacara slametan adalah sesuatu bentuk ritual takhayul yang sangat memalukan sebab sama sekali tidak masuk akal sehat manusia terpelajar dan sama sekali bukan citra manusia modern.

Maka acara kesenian segera saya selenggarakan tanpa didahului upacara slametan seperti yang sudah lazim saya selalu lakukan pada masa saya belajar dan mengajar di Jerman.

Mujur tak bisa diraih nahas tak bisa ditolak di tengah alur pergelaran mendadak seorang seniwati menjerit keras lalu menjatuhkan tubuhnya ke lantai panggung sambil meronta-ronta seperti orang kesurupan.

Saya anggap peristiwa misterius itu sekadar sebuah ihwal kebetulan belaka sebagai semacam ekspresi histeria personal sambil menolak adanya keterkaitan dengan tidak adanya upacara slametan sebelum acara pergelaran dimulai.

Kemudian pada lain kesempatan saya mengundang seorang pianis dari Jerman untuk mempergelar resital piano tunggal di gedung kesenian yang sama tentu saja tanpa didahului upacara slametan yang saya yakin secara psikokultural tidak ada kaitan dengan seorang pianis Jerman.

Mendadak ketika gladi resik sontak sang pianis jatuh terjerembab dari atas panggung ke lantai auditorium penonton seolah sebagai peringatan spiritual agar saya menyelenggarakan upacara slametan sebelum konser dimulai di gedung kesenian tersohor angker.

Karena sang pianis ternyata tidak terluka akibat kejatuhannya dan tetap mampu tampil di atas panggung gedung kesenian tersohor angker itu, maka saya tetap nekad menyelenggarakan konser tanpa diawali upacara slametan.

Ternyata konser berlangsung sukses meski ternyata ada seorang teknisi tata panggung yang bertugas di belakang layar panggung mendadak jatuh pingsan entah kenapa.

Kemudian saya menyelenggarakan konser dengan orkestra secara tentu saja tetap tanpa didahului upacara slametan.

Semula saya menduga bahwa konser terselenggara mulus tanpa insiden karena saya tidak diberitahu bahwa seorang pemain biolin mendadak sontak tiada hujan tiada angin tak sadar diri sampai harus diangkut dengan ambulans ke ICU rumah sakit terdekat.

Syukur alhamdullilah setiba di rumah sakit sang biolinis mendadak sadar diri sehingga dinyatakan oleh para dokter dan perawat ICU sebagai sehat walafiat.

Sejak rentetan peristiwa misterius yang semula saya anggap sekadar fenomena takhayulomologis serba kebetulan semata itu akhirnya saya tidak mau ambil risiko.

Setiap kali sebelum menyelenggarakan pergelaran kesenian di persada Nusantara tercinta ini, saya memutuskan untuk bersikap secara lebih bijak, yaitu saya senantiasa wajib mengawalinya dengan upacara slametan.

Silakan cemooh saya sebagai manusia terbelakang yang tidak terpelajar maka sama sekali tidak modern sehingga akhirnya percaya takhayul.

Namun mohon dimaafkan bahwa kini saya sudah tersadar atas makna kearifan yang terkandung di dalam peribahasa di mana bumi, di sana langit dijunjung. Merdeka !

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/21/053000065/di-mana-bumi-dipijak-di-sana-langit-dijunjung

Terkini Lainnya

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

Tren
7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke