Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penjelasan BMKG soal Ramalan Gempa di Indonesia: Jangan Percaya!

KOMPAS.com - Koordinator Bidang Mitigasi dan Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengimbau warga Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, untuk tidak percaya pada adanya ramalan gempa sekitar magnitudo 6,0.

"Mohon dengan sangat jangan pernah percaya dengan ramalan gempa yang akan terjadi di Mamuju sekitar Magnitudo 6,0. Jangan pernah percaya dengan peramal gempa," ujar Daryono, kepada Kompas.com, Sabtu (11/6/2022).

Menurutnya, hingga saat ini belum ada sains dan teknologi yang mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan gempa akan terjadi. 

Sebelumnya ramai soal informasi ramalan gempa dengan magnitudo 6,0 yang menyebar melalui pesan berantai di WhatsApp.

Daryono menyebutkan, dampak luas dari informasi ramalan tersebut menimbulkan arus pengungsi yang makin berakibat pada beban berat pemerintah daerah dan BNPB, karena harus membiayai pengungsian skala besar yang seharusnya tidak perlu.

Harus menahan diri

Daryono mengatakan, melakukan kajian hingga riset prediksi gempa adalah aktivitas yang baik.

"Mengkaji, meneliti, riset prediksi gempa itu sangat baik bahkan termasuk perbuatan mulia karena untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan atau sains dan pengurangan risiko bencana gempa bahkan tsunami," katanya.

Hal itu juga yang telah lama dilakukan BMKG, yaitu dengan melakukan riset prediksi gempa menggunakan data anomali geomagnet, emisi gas radon, dan lain sebagainya, serta mendukung siapa pun mereka yang giat melakukan riset prediksi gempa.

Akan tetapi, jika masih dalam ranah riset atau penelitian, maka menurut Daryono, harus bisa menahan diri.

"Untuk sementara hasilnya hanya diinformasikan dan dikomunikasikan di kalangan terbatas internal tim kajian saja dahulu, dan tidak untuk dipublikasikan bagi publik atau masyarakat umum, karena dapat meresahkan," tegas dia.

Terlebih, hasil kajian prediksi tersebut disebarluaskan di Mamuju seperti saat ini, di mana masyarakatnya sedang dilanda kecemasan, ketakutan, dan trauma akibat terdampak gempa, tentu hal ini tidak elok karena memicu kecemasan dan ketakutan warga.

Untuk itu, Daryono mengingatkan, seyogiyanya, jangan terburu-buru menyebarkan informasi prediksi jika hasilnya belum terbukti akurat sehingga belum teruji.

Lain halnya, jika serangkaian ujicoba dalam kajian prediksi gempa sudah sering dilakukan dan hasilnya terbukti andal, tepat dan akurat.

Maka hasil kajian ini dapat diterbitkan terlebih dahulu di beberapa publikasi jurnal ilmiah internasional bergengsi dan terindeks global (Q1).

Pada tahapan ini hasil kajian prediksi gempa akan ditelaah oleh para pakar terkait, baik kerangka pikir, metode, data, cara penelitian, termasuk kesahihan landasan konsep/teori yang digunakan.

Selanjutnya, manuskrip wajib diseleksi melalui serangkaian peer review yang ketat.

"Jika publikasi tersebut berhasil, maka selanjutnya dapat disahkan secara operasional oleh lembaga terkait, maka informasi prediksi gempa baru bisa dioperasionalkan untuk diinformasikan kepada masyarakat luas," kata dia.

Tentunya informasi prediksi gempa semacam ini, kata Daryono, sudah terbukti akurat hingga diharapkan dapat menyelamatkan masyarakat kita dari bahaya gempa.

"Tetapi sayangnya hingga saat ini di seluruh dunia belum ada peneliti perorangan, kelompok riset, maupun lembaga yang mampu dan berhasil memprediksi gempa dengan tepat dan akurat, sehingga prediksi gempa belum dioperasionalkan, dan belum layak diinformasikan kepada masyarakat luas," katanya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/11/113000265/penjelasan-bmkg-soal-ramalan-gempa-di-indonesia-jangan-percaya

Terkini Lainnya

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

Tren
Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Tren
Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Tren
Mempelajari Bahasa Paus

Mempelajari Bahasa Paus

Tren
7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

Tren
Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke