Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profil Lengkap Brigjen Iwan Setiawan, Danjen Kopassus yang Baru

KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menunjuk Brigadir Jenderal TNI Iwan Setiawan menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus).

Penunjukan itu tercantum dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/271/III/2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

Brigjen Iwan Setiawan gantikan Mayjen Widi Prasetijono

Brigjen Iwan Setiawan akan menggantikan Mayor Jenderal Widi Prasetijono yang dipercaya menjadi Pangdam IV/Diponegoro menggantikan Mayjen Rudianto.

Sementara, pergantian pucuk pimpinan Korps Baret Merah sendiri telah dikonfirmasi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Tatang Subarna.

"Terkait mutasi jabatan Pati (perwira tinggi) di lingkungan TNI AD termasuk di antaranya Danjen Kopassus, memang benar adanya," kata Tatang, dikutip dari Kompas.com, Selasa (29/3/2022).

Namun demikian, saat ini belum dilaksanakan serah terima jabatan (sertijab) posisi Danjen Kopassus.

"Saat ini belum dilaksanakan serah terima jabatan. Release terkait akan kami sampaikan setelah pelaksanaan sertijab," imbuh dia.

Lantas, seperti apa perjalanan karier, sepak terjang, dan profil Brigjen Iwan Setiawan?

Profil Brigjen Iwan Setiawan

Dilansir dari tniad.mil.id, Brigjen TNI Iwan Setiawan merupakan putra kelahiran Kota Bandung, Jawa Barat.

Brigjen Iwan Setiawan lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada 1992 dari kecabangan Infanteri Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Jabatan Brigjen Iwan Setiawan lebih banyak di lingkungan Korps Baret Merah, Kopassus.

Perjalanan karier Brigjen TNI Iwan Setiawan

Dilansir dari Majalah Gema Diponegoro yang diunduh dari laman kodam4.mil.id, Iwan Setiawan pertama kali mengemban jabatan sebagai Dan Unit Grup 2 Kopassus terhitung mulai 1 Februari 1993.

Dua tahun berikutnya, pada 1 September 1995, Iwan Setiawan menjabat sebagai Pama Grup 1 Kopassus.

Ia kemudian menjabat sebagai Dantim 5/2/41 Grup 1 Kopassus dan Danki 1 Yon 13 Grup 1 Kopassus, masing-masing pada 1996 dan 1998.

Pada 5 Februari 2000, Iwan Setiawan mendapat kepercayaan untuk bertugas sebagai Palat Sima Denma Grup 1 Kopassus.

Jabatan berikutnya yang diemban Iwan Setiawan, yakni Kasi Ops Grup 1/Parako Kopassus pada 2002, Wadan Yon 12 Grup 1 Kopassus pada 2004, dan Pamen Kopassus (Dik Seskoad) pada 2007.

Pada 5 November 2007, Iwan Setiawan ditunjuk sebagai Dansesko Pusdikpassus.

Iwan Setiawan juga pernah menjabat sebagai Danyon 22 Grup 2 Kopassus, tepatnya pada 15 Maret 2008.

Pada 2009, Iwan Setiawan dipercaya sebagai Dan Sespes Pusdikpassus.

Jabatan Wadan Grup 2 Kopassus dan Wadan Pusdikpassus juga pernah diemban Iwan Setiawan pada 2010 dan 2011.

Lalu, Iwan Setiawan mengemban tugas sebagai Danbrigif 22/Ota Manasa mulai 7 Agustus 2012, dan sebagai Danbrigif 22/Oms Dam VII/Wrb pada 19 November 2012.

Kasdam Diponegoro

Pada 25 November 2013, Iwan Setiawan menjabat sebagai Asops Kasdam IV/Diponegoro.

Iwan Setiawan pun pernah menjabat sebagai Danrindam Jaya pada 2015, sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Danrem 052/Wijayakrama pada 2016.

Selanjutnya, Iwan Setiawan ditugaskan sebagai Pamen Denma Mabesad dalam rangka mengikuti Pendidikan Lemhanas.

Iwan Setiawan lalu menjabat sebagai Komandan Korem (Danrem) 173/Praja Vira Braja pada 2020-2021.

Sebelum dipercaya Panglima TNI menjabat Danjen Kopassus, Iwan Setiawan bertugas sebagai Wakil Asisten Latihan Kepala Staf Angkatan Darat (Waaslat Kasad) Bidang Kerja Sama Militer (Kermamil).

Iwan Setiawan pernah merasakan menjadi anak buah Prabowo Subianto, ketika masih menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.

Pada periode tersebut, Prabowo pernah membuka seleksi untuk membentuk tim ekspedisi pendakian Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia yang terletak di perbatasan antara Tibet dan Nepal.

Masih bersumber dari Majalah Gema Diponegoro, seleksi menghasilkan 43 personel yang berasal dari Kopassus, gabungan sipil terdiri dari Wanadri, FPTI, IKIP, dan pendaki sipil terbaik.

Saat itu, pada 1996, Iwan yang masih berpangkat Letnan Satu (Lettu), terpilih menjadi salah satu anggota tim pendakian.

Pelatihan di dalam negeri dilaksanakan secara teori dan praktek, di antaranya teknik memanjat yang benar dan semua dipantau oleh tim medis.

Latihan selama satu setengah bulan berlangsung di Kopassus dan di Gunung Gede dan Gunung Pangrango di Jawa Barat.

Dari 43 orang sebelumnya, terpilih 30 orang untuk diberangkatkan ke Nepal.

Latihan di Nepal berlangsung selama tiga bulan. Pertama, di Gunung Paldor, Katmandu yang berketinggian 5.980 meter selama 1 bulan, istirahat 10 hari, dan tersisa 25 orang.

Kedua, di Gunung Island Peak, ketinggian 6.200 meter dengan suhu minus 10 derajat celcius.

Iwan Setiawan memimpin tim selatan

Sampai di sini, tinggal 16 orang untuk pendakian selanjutnya ke Gunung Everest, 10 anggota Kopassus dan 6 orang Sipil.

Kemudian, tim dibagi dua, Tim Selatan berjumlah 10 orang (6 TNI, 4 sipil) dipimpin Iwan Setiawan, mendaki dari Nepal.

Sementara itu, Tim Utara berjumlah 6 orang (4 TNI, 2 sipil) dipimpin Lettu Inf Sudarto yang mendaki dari Tibet.

Pendakian ini diupayakan dari dua sisi yang diharapkan bisa bertemu di puncak.

Perjalanan menuju puncak Gunung Everest sekitar satu bulan.

Hingga akhirnya, tim bisa mencapai puncak Gunung Everest, dan mengibarkan bendera Merah Putih dan mengambil dokumentasi sekitar 10 menit.

Berhasil mencapai puncak Gunung Everest dan mengibarkan bendera Merah Putih adalah pengalaman yang sangat tak terlupakan bagi Iwan Setiawan.

Atas prestasi ini, suami dari Beti Sri Supartini mendapatkan Bintang Yudha Darma Pratama.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/30/131803565/profil-lengkap-brigjen-iwan-setiawan-danjen-kopassus-yang-baru

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke