Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siklus Haid Tak Teratur, Apa Penyebabnya?

Umumnya, menstruasi atau haid ini datang setiap bulan dan berlangsung selama sekitar 5-7 hari.

Namun, tidak semua perempuan mengalami siklus haid yang lancar.

Ada yang tidak mengalami siklus haid selama berbulan-bulan, bahkan selama 1 tahun.

Apa saja penyebab siklus haid tidak lancar? 

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari RS Advent Bandung, DR dr Wawang S Sukarya, SpOG(K)-MARS, mengatakan, siklus haid disebut normal jika dalam sebulan terjadi antara 21-35 hari.

Dalam prosesnya, lamanya haid disebut normal bila berlangsung antara 5-8 hari.

"Termasuk tidak normal bila perdarahan dua kali lebih banyak dari biasanya, atau dua kali lebih lama dari biasanya (penyakit Polycystic Ovarii Syndrome/PCOS). Misalnya, menyebabkan haid sangat jarang atau berkepanjangan karena gangguan hormon," ujar Wawang saat dihubungi Kompas.com, Minggu (22/8/2021).

Jika perempuan tidak mengalami haid selama 3 bulan atau lebih, Wawang mengatakan, kondisi tersebut dinamakan amenore.

Menurut dia, penyebab terjadinya amenore bisa karena hamil atau di luar faktor kehamilan, seperti faktor hormon, tumor, penyakit kronis (TBC, gangguan gizi, dan lainnya), penggunaan kontrasepsi, dan stres. 

Perdarahan yang dikeluarkan ketika haid digolongkan dalam 3 jenis yakni sedikit, sedang dan banyak.

"Perdarahan yang sedikit yang dikeluarkan waktu haid disebut hipomore, ini hanya menghabiskan 1-3 pembalut per hari," ujar Wawang.

Sedangkan, yang kedua yakni tipe perdarahan sedang yakni perdarahan yang dikeluarkan saat haid menghabiskan 4-5 pembalut per hari.

Perdarahan banyak (hipermenore/menorhagi) jika darah yang dikeluarkan saat haid menghabiskan 6-7 pembalut per harinya.

Pola haid yang bisa tidak teratur bisa karena sejumlah faktor.

"Pola haid disebut tidak normal jika terjadi perdarahan tidak teratur/spotting/breakthrough di luar siklus haid," ujar Wawang.

"Sementara, pola darah haid yang keluar disebut normal jika biasa/encer atau bergumpal sedikit," lanjut dia.

Tipe gangguan siklus haid

Perlu diketahui, ada sejumlah tipe gangguan siklus haid berdasarkan jeda waktunya.

1. Polimenore: jika siklus haid dalam sebulan kurang dari 21 hari, maka haid menjadi lebih sering.

2. Oligomenore: jika siklus haid dalam sebulan lebih dari 35 hari, siklus haid menjadi lebih jarang.

3. Perimenopause (pramenopause-menopause-pasca menopause): haid tidak lancar karena hormon yang diproduksi ovarium/indung telur sudah tidak memadai lagi. Biasanya karena indung telur/ovarium menjadi tua.

4. Perdarahan Uterus Disfungsi (PUD): jika siklus haid tidak lancar pada perimenarch dan perimenaopause yang karena adanya gangguan hormon.

5. Adolescent: jika siklus haid tidak lancar karena indung telur/ovarium belum matang, jadi hormon yang diproduksi (yang berfungsi mengatur haid) belum stabil.

Wawang mengungkapkan, adolescent ini biasa terjadi pada remaja berusia 10-19 tahun.

"Dengan demikian, gangguan haid di sekitar remaja dan di sekitar perimenopause pada umumnya disebabkan gangguan hormon, walaupun tidak menutup kemungkinan disebabkan hal lain, misalnya tumor, kelainan struktur uterus/rahim," ujar Wawang.

Cara mengatasi gangguan siklus haid

Gangguan haid biasanya karena adanya gangguan hormon. Oleh karena itu, cara mengatasinya dengan menerapkan pola hidup yang baik.

"Mengatasinya bisa dengan berolahraga, kendalikan stres, dan makan makanan bergizi seimbang," ujar Wawang.

Ia juga menyarankan kepada perempuan yang mengalami gangguan siklus haid untuk mengonsultasikan hal tersebut ke dokter.

"Konsultasi dokter untuk mencari penyakit penyebab gangguan haid itu. Kemungkinan kelainan organik seperti adanya polip, hiperlasia endometri, kehamilan, proses keganasan dalam rahim dan kelainan diskrasia darah," kata dia.

Biasanya, dokter akan memberi terapi yang sesuai dengan penyebab gangguan haid.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/22/180500865/siklus-haid-tak-teratur-apa-penyebabnya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke