KOMPAS.com - Harga madu di pasaran berbeda-beda, bergantung jenis dan kualitasnya. Tentu saja yang paling mahal adalah madu asli dan murni.
Akan tetapi, ada alasan di balik mahalnya harga madu asli dan murni, salah satunya adalah cara mendapatkannya yang sulit.
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Rabu (30/6/2021), menurut Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Sadar Tani Muda Desa Bojong Murni yang juga peternak lebah madu, Iyan Supriyadi, harga madu asli relatif mahal karena cara mendapatkannya yang sulit.
Iyan mengungkapkan, dia menjual madu kemasan ukuran 250 ml dengan harga sekitar Rp130.000. Sedangkan untuk kemasan sarang dengan berat 500 gram dijual Rp170.000 hingga Rp180.000 per cup.
“Untuk dapat madu yang terjaga kemurniannya, yang layak jadi obat itu prosesnya panjang. Risikonya juga nyawa,” ujar Iyan.
Iyan mengatakan, para petani lebah yang memanen madu dari kawanan lebah jenis apis dorsata lebih berisiko kehilangan nyawa akibat medan yang sangat sulit.
Jenis lebah tersebut biasanya membuat sarang di pedalaman hutan, tepatnya di gua-gua atau puncak pohon besar.
“Tahun ini ada sekitar tiga atau empat yang meninggal karena memperjuangkan madu. Itu pengorbanan mereka untuk menafkahi keluarganya melalui madu,” kata Iyan.
Selain itu, masih ada 4 alasan lainnya yang membuat harga madu asli dan murni lebih mahal dibandingkan jenis lainnya, yakni:
Proses produksi madu
1. Persiapan lahan
Iyan menjelaskan, proses produksi madu membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu yang cukup panjang.
Hal pertama yang perlu dipersiapkan oleh para peternak madu adalah lahan yang cukup luas.
Lahan yang dibutuhkan idealnya seluas 500 – 1.000 meter persegi agar bisa membangun budidaya lebah madu yang produktif.
Belum lagi, kebutuhan lahan untuk kawasan vegetasi penunjang pakan lebah yang dapat mencapai ratusan hingga ribuan hektar.
Sumber pakan lebah pun harus tersedia di dalam kawasan vegetasi tersebut, seperti nektar, pollen, resin, dan air.
2. Persiapan koloni
Hal selanjutnya yang perlu dipersiapkan adalah koloni lebah madu. Koloni yang dibutuhkan pun cukup banyak agar bisa memproduksi madu yang dapat memenuhi permintaan pasar.
“Harga koloni pun sekarang terbilang luar biasa. Untuk koloni lebah apis cerana, bibitnya itu Rp 500.000 – Rp 1 juta per satu stup atau satu koloni,” jelasnya.
Di area budidaya milik Iyan yang terletak di Eduwisata Lebah Madu di Desa Bojongmurni, di kaki Gunung Pangrango misalnya, terdapat 120 kotak budidaya lebah jenis apis cerana dan 500 kotak lebah jenis trigona.
Dari setiap kotak yang memiliki diameter 25x40x25 sentimeter tersebut, Iyan bisa mendapat madu sekitar 1,5 – 2 kilogram per tiga minggu.
3. Risiko gagal panen
Meski kedua hal tersebut telah disiapkan, para peternak madu tetap memiliki risiko gagal panen.
Ada beberapa faktor yang biasanya menyebabkan para peternak lebah gagal panen, yakni faktor alam, faktor lingkungan, faktor manusia, dan faktor hama.
Beberapa faktor tersebut membuat para peternak lebah baru bisa memanen madu sekitar satu sampai dua bulan sekali.
“Apalagi musim sekarang itu sulit banget diprediksi, kemarau yang panjang, itu akan berpengaruh pada produksi,” imbuhnya.
4. Risiko sakit dan kehilangan nyawa
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, para peternak pun memiliki risiko sakit akibat sengatan lebah dan bahkan kehilangan nyawa.
Iyan mengatakan, sebagai peternak lebah, menerima sengatan dari hewan penghasil madu itu sudah menjadi keseharian mereka.
“Yang lazim kita rasakan biasanya kalau kita punya alergi, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, demam, bahkan berisiko ke kematian juga kalau sekiranya orang yang berinteraksi dengan lebah itu punya riwayat penyakit tertentu,” ucap Iyan.
Proses yang cukup panjang serta risiko besar yang harus ditanggung para peternak itulah yang membuat harga madu asli dan murni cukup tinggi di pasaran.
(Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa | Editor: Yuharrani Aisyah)
Sumber: KOMPAS.com
https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/14/175054565/4-alasan-harga-madu-murni-mahal-ada-risiko-taruhan-nyawa-peternak