Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga Bitcoin Anjlok di Bawah 30.000 Dollar AS, Apa Penyebabnya?

KOMPAS.com - Mata uang kripto terpopuler saat ini, Bitcoin kembali mengalami kemerosotan.

Dilansir dari Reuters, (20/7/2021), nilai Bitcoin anjlok di bawah 30.000 dollar AS atau sekitar Rp 436 juta.

Hal ini menjadikan nilai Bitcoin berada di level terendah dalam hampir sebulan ini.

Diketahui, turunnya nilai Bitcoin yang cukup signifikan ini karena regulator terus menyerukan pemeriksaan yang lebih ketat pada cryptocurrency.

Cryptocurrency terbesar di dunia ini sempat turun sebanyak 5 persen menjadi 29.300 dollar AS atau sekitar Rp 426,2 juta, terendah sejak 22 Juni. Terakhir turun sebesar 3,6 persen pada 29.720 dollar AS.

Penyebab merosotnya nilai Bitcoin

Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir telah terkunci dalam kisaran perdagangan yang relatif ketat.

Hal ini setelah investor melakukan penjualan besar-besaran pada Mei dan Juni menyusul tindakan keras China terhadap penambangan dan perdagangan cryptocurrency.

Diketahui, wilayah utama yang bertanggung jawab atas penambangan bitcoin di China telah memaksa operasi itu untuk ditutup.

Sebab, penambangan Bitcoin adalah proses intensif energi yang memfasilitasi transaksi bitcoin dan menciptakan koin baru.

Mengutip CNBC, (19/7/2021), bank sentral China juga telah berbicara dengan perusahaan keuangan dan fintech yang mengingatkan mereka untuk tidak menawarkan layanan terkait crytpo kepada pelanggan.

China melarang pertukaran cryptocurrency lokal sejak tahun 2017, memaksa pelaku penambangan untuk pindah ke luar negeri.

Namun, hal itu tidak menghentikan pedagang China membeli dan menjual koin digital.

Meski begitu, regulator China tampaknya semakin memperketat pembatasan perdangangan dan pertambangan.

Pengetatan pengawasan di negara barat

Pengawas keuangan dan gubernur bank sentral di Amerika baru-baru ini juga menyerukan regulasi yang lebih ketat.

Pada Senin, (19/7/2021), Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan kepada regulator bahwa pemerintah AS harus bergerak cepat untuk membangun kerangka peraturan untuk stablecoin, kelas mata uang digital yang berkembang pesat.

Adapun penurunan Bitcoin pada Selasa (20/7/2021) membuat pihaknya merugi di Juli 2021 sebesar 15 persen.

Kondisi ini telah turun lebih dari setengahnya sejak mencapai puncak hampir 65.000 dollar AS atau sekitar Rp 945,9 juta pada April 2021.

Selain itu, cryptocurrency lain yang lebih kecil nilainya dari Bitcoin, seperti ether dan XRP, juga mengalami penurunan nilai sekitar 5 persen.

Investor mengatakan, kondisi Bitcoin kemungkinan akan menguji level di nilai 28.600 dollar AS. Angka ini terendah sejak awal Januari 2021.

Keluarnya "Perintah Penghentian" pada BlockFi

Kemudian, penurunan sejumlah mata uang kripto ini terjadi saat adanya informasi bahwa Jaksa Agung New Jersey mengeluarkan "Perintah Penghentian" terhadap perusahaan layanan crypto berbasis di New Jersey, BlockFi.

Jaksa Agung memerintahkannya untuk berhenti menawarkan akun berbunga.

Hal tersebut juga terjadi setelah aksi jual besar-besaran di pasar saham global pada Senin, (19/7/2021).

“Ada aksi jual luas di pasar global, aset berisiko turun secara keseluruhan,” ujar mitra di perusahaan jasa keuangan cryptocurrency Amber Group, Anbabelle Huang.

Menurutnya, ada kekhawatiran akan kualitas dan kekuatan pemulihan ekonomi dan aset berisiko yang lebih luas menjadi lebih lemah termasuk hasil yang tinggi.

"Ditambah dengan kelemahan BTC (Bitcoin) baru-baru ini, kondisi ini hanya mengirim pasar crypto turun lebih jauh," ujar dia.

Akibatnya, sekitar 89 miliar dollar AS dihapus dari seluruh pasar cryptocurrency dalam periode 24 jam pada Selasa (20/7/2021) pagi.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/21/093939465/harga-bitcoin-anjlok-di-bawah-30000-dollar-as-apa-penyebabnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke