Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini Matahari Tepat di Atas Kabah, Berikut Cara Tentukan Arah Kiblat

KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebut Matahari akan berada tepat di atas Kabah pada Kamis (27/5/2021).

Adanya fenomena astronomi tersebut kerap dimanfaatkan oleh umat Islam di seluruh dunia untuk mengetahui arah kiblatnya.

Apakah ada pergeseran? Jika ada, seberapa besar dan kemana pergeseran itu terjadi?

Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (Lapan) Andi Pangerang menjelaskan, mengapa peristiwa matahari di atas Kabah tersebut kerap dijadikan momentum untuk memperbarui arah shalat bagi para pemeluk Islam.

"Karena matahari berada tepat di atas Kabah ketika tengah hari, maka setiap bayangan di tempat lain yang jauh dari Kabah otomatis akan mengarah ke Kabah, sehingga bayangannya sendiri menjadi arah kiblat," jelas Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/5/2021).

Perlu diketahui, Kabah yang terdapat di Kota Makkah menjadi arah atau kiblat umat Islam dalam menunaikan ibadah shalat.

"Kondisi Matahari yang melintas tepat di atas Kabah menjadi kesempatan yang baik untuk dapat mengetahui di mana arah Kabah atau kiblat secara persis," katanya lagi.


Bagaimana cara mengukurnya?

Ternyata tidak sulit untuk dapat mengetahui di mana arah Kabah saat Matahari diketahui tengah ada di atasnya.

"Untuk cara mengeceknya, cukup gunakan benda yang tegak dan tidak berongga di bagian alasnya. bisa tongkat, botol, kaleng, bahkan spidol papan tulis (boardmarker)," sebut Andi.

Salah satu alat itu, atau alat lainnya yang memungkinkan, cukup diletakkan di tempat yang permukaannya rata, tidak miring atau bergelombang.

"Lalu, amati ke mana arah bayangan yang terbentuk. Itulah arah Kabah yang menjadi kiblat," jelas dia.

Dengan catatan, pengamatan dilakukan di waktu yang sama dengan terjadinya peristiwa.

"Bayangannya diamati pada jam ketika Matahari tepat di atas Kabah. Untuk jamnya, 12.17.52 waktu Saudi atau 16.17.52 WIB/17.17.52 Wita," sebut dia.

Mengingat wilayah Indonesia timur sudah memasuki pukul 18.17.52 WIT ketika peristiwa itu terjadi, maka pengukuran tidak dapat dilakukan dengan cara yang sama, karena sudah tidak ada lagi matahari yang dapat menghasilkan bayangan penunjuk arah Kabah.

"Untuk Indonesia Timur, Matahari sudah terbenam ketika tepat di atas Kabah, sehingga dapat menggunakan Fenomena Nadir Kabah," papar Andi.

Apa itu Nadir Kabah?

Ia menjelaskan, Nadir Kabah merupakan kebalikan dari Zenit Kabah atau Matahari di atas Kabah.

"(Nadir Kabah) Yakni ketika Matahari tepat berada di bawah Kabah ketika tengah malam, atau Matahari tepat berada di atas titik antipoda Kabah. Titik antipoda Kabah sendiri adalah titik yang jaraknya 180 derajat terhadap Kabah itu sendiri," ungkap Andi.

"Jadi, jika menggunakan metode ini, arah kiblat bisa diukur pada pukul 00.17.52 waktu Saudi Arabia atau 06.17.52 WIT," kata dia.

Berkebalikan dengan metode Zenit Kabah, metode Nadir Kabah ini, imbuhnya tidak bisa dipraktikkan oleh masyarakat yang ada di zona waktu WIB dan Wita, karena matahari belum muncul sehingga belum bisa menghasilkan bayangan.


Kekurangan

Meski berupaya sedapat mungkin melakukan pengukuran di waktu yang telah ditentukan, Andi menyebut tetap saja hasil pengukuran itu tidak bisa 100 persen tepat dan presisi.

"Meskipun memang masih terdapat selisih, mengingat, ketika Matahari berkulminasi di atas Kabah, tidak benar-benar tepat di zenit melainkan berselisih antara -16 hingga +16 menit busur," ujarnya.

Bisakah diukur di waktu yang lain?

Ternyata, pengukuran tidak hanya bisa dilakukan di jam, menit, atau detik saat peristiwa Matahari di atas Kabah terjadi.

Andi mengatakan pengukuran juga bisa dilakukan di waktu sebelum atau sesudahnya, jadi tidak seterbatas itu harus pada pukul 12.17.52 waktu Arab Saudi.

"Sebenarnya bisa diukur antara 30 menit sebelum hingga sesudah momen puncaknya, jika memang ketika momen puncaknya justru matahari terhalang awan sehingga tidak terbentuk bayangan yang menunjukkan arah kiblat," kata dia.

Hanya saja, metode yang satu ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berada di wilayah dengan ketinggian Matahari cukup rendah (<30 derajat).

Mengapa? Karena di daerah dengan kriteria tersebut perubahan azimutnya tidak terlalu besar.

"Indonesia masih masuk di dalamnya," sebut Andi.


Terjadi setiap tahun

Dengan demikian, kita yang ada di Indonesia bisa melakukan pengukuran 30 menit sebelum dan sesudah waktu puncak yang telah ditentukan.

Sebaliknya, jika dilakukan di daerah dengan ketinggian Matahari di atas 30 derajat, misalnya Eropa bagian timur, Afrika bagian timur, Iran, Irak dan negara-negara Asia Tengah, maka hasilnya menjadi kurang akurat, karena perubahan azimut yang terlalu besar.

Tak hanya 30 menit sebelum dan sesudah waktu puncak, ternyata pengukuran arah Kabah juga bisa dilakukan 2 hari sebelum hingga 2 hari sesudah peristiwa, dengan catatan di jam yang sama.

"Jadi ada dua alternatif: di hari yang sama dengan interval +/- 30 menit atau di jam yang sama dengan interval +/- 2 hari," pungkas Andi.

Peristiwa Matahari melintas tepat di atas Kabah terjadi setiap tahunnya, antara 27-28 Mei atau 15-16 Juli.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/27/090400365/hari-ini-matahari-tepat-di-atas-kabah-berikut-cara-tentukan-arah-kiblat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke