Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Update BPOM soal Vaksin AstraZeneca, Ini 5 Kondisi KIPI yang Diwaspadai

KOMPAS.com – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memperbarui informasi mengenai keamanan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca.

Informasi tersebut berdasarkan kajian yang dilakukan oleh tim pakar Komnas Penilaian Obat, Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Update informasi pemutakhiran tersebut per tanggal 16 Mei 2021 dan diunggah dalam laman resmi BPOM pada 19 Mei 2021.

Gejala KIPI

Pembaharuan dari BPOM tersebut sebagai tindakan kehati-hatian sehingga masyarakat yang mendapatkan vaksin Covid-19 AstraZeneca diminta untuk menghubungi dokter atau sarana pelayanan kesehatan terdekat atau tempat vaksinasi apabila mengalami gejala sebagai berikut:

  • Sesak nafas; dan/atau
  • Nyeri dada; dan/atau
  • Kaki membengkak; dan/atau
  • Nyeri perut yang dirasakan terus-menerus; dan/atau
  • Gejala neurologis seperti nyeri kepala berat, penglihatan kabur, atau mengalami skin bruising (petechia) yang meluas di sekitar tempat penyuntikan beberapa hari setelah mendapatkan vaksinasi.

Kajian WHO dan EMA

Dalam informasi tersebut BPOM juga menyampaikan bahwa sebagaimana keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) dan badan otoritas obat global seperti European Medicines Agency (EMA) pada tanggal 7 April 2021 disampaikan bahwa manfaat vaksin Covid-19 AstraZeneca saat ini lebih besar dibandingkan dengan risikonya.

BPOM menyampaikan sesuai dengan dengan kajian yang dirilis oleh EMA tanggal 7 April 2021, kejadian pembekuan darah setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca termasuk kategori very rare atau sangat jarang yakni kurang dari 1 kasus per 10.000 kasus.

Hal ini karena dilaporkan terjadi 222 kasus pada pemberian 34 juta dosis vaksin.


Investigasi BPOM dan Komnas KIPI

Sementara itu terkait laporan penggunaan vaksin AstraZeneca dan KIPI, saat ini BPOM dan Komnas KIPI tengah melakukan investigasi lebih lanjut soal keamanan dan mutu vaksin AstraZeneca.

Karena itulah BPOM  menghentikan sementara penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca dengan batch CTMAV547.

Adapun aspek keamanan, saat ini Komnas PP KIPI, Komda PP KIPI dan organisasi profesi terkait tengah melakukan analisa kausalitas (hubungan sebab-akibat) penggunaan vaksin AstraZeneca dan KIPI.

Seperti terkait riwayat penyakit penerima vaksin termasuk riwayat alergi, gejala yang dialami, waktu mulai gejala dirasakan.

Mengenai aspek mutu AstraZeneca, BPOM tengah melakukan uji mutu berupa uji sterilitas dan toksisitas vaksin pada nomor batch terkait dugaan timbulnya KIPI pada nomor CTMAV 547.

“ Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apabila ada keterkaitan mutu produk dengan KIPI yang dilaporkan, khususnya untuk mengetahui jaminan mutu saat pendistribusian dan penyimpanan serta untuk menjamin konsistensi jaminan mutu produk sesuai hasil lot release yang telah dilakukan sebelum vaksin diedarkan,” tulis BPOM.


Penjelasan Komnas KIPI

Terkait dengaan adanya tiga orang yang dilaporkan meninggal usai divaksin AstraZeneca, Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Safari mengatakan ketiga kasus tersebut bukan akibat vaksin AstraZeneca secara langsung.

Disebutkan, salah satu penerima vaksin AstraZeneca bernama Trio (22) yang berasal dari Jakarta menolak dibawa ke rumah sakit saat suhu tubuhnya 39 derajat celcius.

Keesokan harinya dia semakin lemah dan meninggal dunia di klinik.

"Kebetulan ada dokter dan melihat, dan diagnosisnya death on arrivial. Jadi sulit untuk menentukan penyebab kematiannya, karena enggak ada data, enggak pernah periksa sama dokter, datang sudah meninggal," kata Hindra dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR yang disiarkan kanal YouTube DPR RI, Kamis (20/5/2021).

Karena keterbatasan data pemeriksaan ini maka menurut Hindra sulit untuk menentukan korban meninggal terkait dengan imunisasi.

Diduga radang paru-paru

Sementara kasus kedua yakni lansia 60 tahun dari Jakarta merupakan tukang ojek. Lansia tersebut diyakini meninggal karena radang paru-paru.

"Besoknya dia ke Puskesmas di Jakarta, sesak. Terus dia bilang di Puskesmas juga bahwa sehari sebelum divaksin dia sudah sesak napas. Dia datang ke tempat vaksin dia enggak bilang kalau dia sesak, divaksin. Besoknya sesak, diperiksa Puskesmas dari pemeriksaan ini radang paru, jadi akhirnya meninggal," jelas Hindra.

Lansia tersebut meninggal 4 hari setelah divaksin sehingga bukan karena vaksin namun diduga meninggal karena radang paru.

Adapun yang terakhir adalah warga Ambon berusia 45 tahun.

"Jadi dia terpapar Covid-19, Covid-19-nya berat akhirnya meninggal karena covid-19, sebetulnya yang sama batch nomernya itu yang di Jakarta, batch nomer yang ada di media itu," kata Hindra.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/21/120500965/update-bpom-soal-vaksin-astrazeneca-ini-5-kondisi-kipi-yang-diwaspadai

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke