Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Puisi Cinta dan Benci di Film Binatang Jalang, Bukan Karya Chairil Anwar?

KOMPAS.com - Baru-baru ini, media sosial Indonesia diramaikan dengan perbincangan mengenai film berjudul Binatang Jalang yang diangkat dari puisi-puisi karya penyair Chairil Anwar.

Dari film tersebut, dua orang penulis Indonesia yaitu Saut Situmorang dan Eka Kurniawan, mengaku ragu soal salah satu judul puisi yang disertakan dalam film itu, yaitu puisi berjudul "Cinta dan Benci".

Sebelumnya dalam pemberitaan Harian Kompas, Minggu (24/1/2021) disebutkan bahwa babak pembuka film Binatang Jalang dimulai dengan ungkapan bait-bait pembuka puisi Chairil Anwar yang berjudul "Cinta dan Benci".

Berikut isi puisinya:

Aku tidak pernah mengerti//banyak orang menghembuskan cinta dan benci//dalam satu napas.

Tapi sekarang aku tahu//bahwa cinta dan benci adalah saudara//yang membodohi kita, memisahkan kita.

Ia terhenti sejenak. Kemudian dilanjutkan kata-kata puisi berikutnya oleh seorang tokoh perempuan. Tokoh ini diperankan Tengku Marina.

Sekarang aku tahu bahwa//cinta harus siap merasakan sakit//cinta harus siap untuk kehilangan//cinta harus siap untuk terluka….

Bukan puisi Chairil Anwar

Melalui akun Facebook-nya, Saut Situmorang mempertanyakan, apakah puisi yang dijadikan sumber inspirasi film Binatang Jalang sudah dipastikan sebagai karya Chairil Anwar.

Sebab, salah satu puisi yang diklaim sebagai puisi Chairil sepanjang pengetahuannya tentang korpus Chairil (terutama dalam risetnya untuk thesis S2 yang tentang puisi dan hidup Chairil Anwar di Selandia Baru dulu) tidak ada puisi Chairil yang seperti itu.

"Bahasanyapun sangat berbeda dari bahasa khas puisi Chairil yang imajistik dan pendek-pendek baris/ kalimatnya itu," tulis Saut Situmorang.


Pertanyaan serupa juga dilontarkan Eka Kurniawan, melalui akun Twitter-nya @gnolbo.

"Lagi rame di FB. itu beneran puisi "Cinta dan Benci" puisinya Chairil Anwar? Aku cek di buku terbitan GPU ga ada puisi Chairil yg itu. Menilik gaya bahasanya, jg ga yakin itu Chairil," tulis Eka.

Dalam kolom komentar twit Eka Kurniawan, salah seorang warganet dengan akun @opiloph menyebut bahwa puisi berjudul "Cinta dan Benci" bukan karya Chairil Anwar.

"Setelah saya telusuri, ternyata puisi "Cinta dan Benci" bukan milik Chairil, melainkan puisi yang ditulis Ari Ridho pada tahun 2014 (blog). Beliau terinspirasi Chairil," tulis @opiloph.

@opiloph juga menyertakan tautan menuju blog milik Ari Ridho, yang menulis puisi "Cinta dan Benci". Berikut tautan yang dimaksud:

http://puisicinta-permaisuri.blogspot.com/2014/07/kumpulan-puisi-cinta-karya-chairil-anwar.html?m=1 

Berasal dari blog

Kompas.com kemudian menelusuri tautan tersebut, dan menemukan puisi berjudul "Cinta dan Benci" tercantum dalam blog tersebut. Postingan tersebut tertanggal 11 Juli 2014.

Dalam postingan blog itu, Ari Ridho menyebut bahwa puisi yang dia cantumkan bukanlah karya Chairil Anwar melainkan puisi buatannya sendiri.

"Di sini, saya tidak bermaksud mempersembahkan karya Chairil Anwar si penyair terkenal tersebut. Karena, itu melanggar hak cipta. Jadi, saya membuat sendiri puisi cinta ini,"

"Meskipun demikian, kumpulan puisi cinta karya saya ini terinspirasi dari puisi-puisi Chairil Anwar. Selamat menikmati. Maaf, bagi yang merasa tertipu," tulis dia. 


Teliti dalam melakukan riset

Menanggapi polemik terkait puisi di film Binatang Jalang, dosen Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dwi Susanto mengatakan, ada tiga kemungkinan yang menyebabkan puisi yang bukan karya Chairil Anwar ikut disertakan dalam film tersebut.

Pertama, adanya kekurangtelitian dari pihak pembuat film dalam melakukan riset.

Kedua, adanya maksud tertentu dari pembuat film. Dalam hal ini menggunakan puisi karya orang lain yang dirasa tepat untuk membantu menarasikan film.

Ketiga, Dwi menyebut, bisa juga puisi karya orang lain ikut disertakan karena merupakan interpretasi dari pihak pembuat film terhadap puisi karya Chairil Anwar.

"Kalau puisi itu bukan puisinya Chairil Anwar, tapi diaku miliknya Chairil Anwar, nah itu jadi masalah," kata Dwi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/1/2021).

Dwi mengatakan, memasukkan puisi yang bukan karya Chairil Anwar, dan menyebutnya sebagai karya yang bersangkutan, bisa jadi merupakan ketidaktelitian dari pihak pembuat film saat melakukan riset.

"Itu bermasalah dari sisi orisinalitas," ujar Dwi.

Mengenai polemik yang tengah beredar ini, Kompas.com telah mencoba menghubungi sutradara film Binatang Jalang, Exan Zen, melalui akun Facebook miliknya, untuk meminta konfirmasi. 

Namun, hingga berita ini ditulis, Exan Zen masih belum memberikan tanggapan terkait polemik yang terjadi dari film garapannya itu.

Film Binatang Jalang sudah diputar

Mengutip Harian Kompas, Minggu (24/1/2021) film puisi Binatang Jalang telah diputar perdana untuk kalangan penonton undangan terbatas di Jakarta pada 30 Desember 2020.

Film ini disutradarai oleh Exan Zen, dan diproduksi oleh Under Banner Production bekerja sama dengan Federasi Pekerja Seni Indonesia.

Sutradara film tersebut, Exan Zen menuturkan, film ini didedikasikan untuk menghidupkan kembali puisi-puisi Chairil Anwar bagi generasi muda yang sudah banyak melupakan puisi-puisi pelopor penyair Angkatan 45 itu.

Exan juga berencana mengikutsertakan film puisi Binatang Jalang ke berbagai festival film puisi berskala internasional, antara lain Wiemar Poetry Film Award (Jerman), International Film Poetry Festival (Athena), Zebra Poetry Film Festival (Berlin), dan O Bheal Poetry-Film Competition (Irlandia).

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/26/153000765/ramai-soal-puisi-cinta-dan-benci-di-film-binatang-jalang-bukan-karya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke