Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Stunting? Ketahui Penyebab dan Pencegahannya

Bahaya stunting masih menghantui anak-anak Indonesia. Kondisi kesehatan yang mengganggu pertumbuhan anak ini, terus dikawal dari tahun ke tahun.

Stunting adalah ganggungan pertumbuhan fisiknya pada anak. Bertubuh pendek merupakan salah satu indikasi dari anak dengan kondisi stunting.

Selain ditandai dengan bertubuh pendek atau kerdil, stunting juga ditandai dengan terganggu perkembangan otak.

Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan pada 2018, menyebutkan, 3 dari 10 anak Indonesia bertubuh pendek.

Berdasarkan standar WHO, total persentase anak stunting di suatu negara maksimal 20 persen.

Di Indonesia, berdasarkan  Riset Kesehatan Dasar 2013, angka balita stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen.

Selengkapnya soal stunting, berikut dirangkum dari sejumlah sumber di laman Kementerian Kesehatan.

Dampak stunting

Apa dampak bagi anak yang mengalami stunting?

Ada dua dampak yang terjadi bila anak mengalami stunting, yaitu dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

Dampak jangka pendek stunting, meliputi:

  • Perkembangan otak terganggu
  • Kecerdasan berkurang
  • Pertumbuhan fisik terganggu
  • Metabolisme dalam tubuh mengalami gangguan

Terganggunya perkembangan otak akan memengaruhi kemampuan dan prestasi anak di sekolah, produktivitas dan kreativitasnya di usia-usia produktif. Ini menjadi salah satu dampak jangka panjang.

Dampak jangka panjang dari stunting, yaitu:

  • Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar
  • Menurunnya kekebalan tubuh, mengakibatkan mudah terserang penyakit
  • Berisiko tinggi terkena diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, bahkan disabilitas pada usia tua

Penyebab stunting

Secara medis, ada dua faktor utama yang menyebabkan seorang anak menderita stunting. Pertama, faktor dari ibu; dan kedua, masa awal pertumbuhan anak.

Kondisi ibu sangat memengaruhi kondisi anak yang dilahirkannya, baik saat mengandung, maupun ketika masih remaja.

Stunting dapat terjadi karena kondisi ibu yang kurang asupan gizi dan sering mengalami anemia (kurangnya sel darah merah).

Sementara, bila ibu tidak mendapat asupan gizi yang cukup saat hamil, dapat memperparah kondisi bayi.

Selain kondisi fisik ibu, stunting juga dipengaruhi oleh kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat. Sanitasi yang kurang memadai, dapat menjadi faktor penyebab stunting.

Jika ditarik lebih luas, penyebab stunting juga karena faktor pendidikan, ekonomi, sosial, dan fasilitas kesehatan.

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi, sebelum dan saat masa kehamilan, bisa terjadi karena fasilitas kesehatan yang minim serta tidak menjangkau semua kalangan.

Adapun faktor yang menjadi penyebab seorang anak mengalami stunting, ditentukan berdasarkan 1000 Hari Pertama Kehidupan atau balita di bawah tiga tahun.

Penyebab stunting balita di bawah tiga tahun adalah:

  • Tidak mendapat ASI eksklusif
  • Tidak menerima makanan pengganti ASI
  • Makan makanan yang kurang sehat

Cara mencegah stunting dan penanganannya

Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada anak:

1. Memenuhi gizi ibu

Kondisi kesehatan ibu perlu terus dipantau, baik sebelum, saat, maupun sesudah masa kehamilan. Gizi ibu dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Gizi juga dapat ditingkatkan melalui suplemen atas anjuran dokter.

Selain itu, ibu hamil disarankan rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.  

2. ASI eksklusif untuk bayi

Ibu perlu memberikan ASI eksklusif untuk bayi sampai usia 6 bulan. Kebutuhan gizi dan pertumbuhan anak usia 0-6 bulan ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif.

Dalam ASI, terdapat protein whey dan kolostrum yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.

3. Dampingi dengan MPASI sehat

Saat bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, maka mulai dibiasakan untuk makan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

MPASI dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sayur berserat tinggi, seperti bayam, wortel, brokoli, dan sejenisnya. Tambahkan pula protein hewani dari daging ayam atau sapi.

Hati-hati dalam memberi suplemen atau produk penambah gizi pada anak. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau bidan.

4. Pantau perkembangan anak

Orangtua, baik ibu maupun ayah, wajib memantau tumbuh kembang anak. Pertumbuhan yang dapat dipantau, seperti tinggi dan berat badan anak.

Pergi ke Posyandu secara berkala dan rutin, atau mengunjungi klinik khusus anak. Hal ini dapat mencegah lebih dini bila terjadi gangguan pertumbuhan pada anak, serta dapat ditangani dengan tepat.

5. Jaga kebersihan

Sanitasi yang kurang baik adalah sumber dari banyak penyakit, salah satunya diare.

Dilansir dari laman kemkes.go.id, studi yang dilakukan Harvard Chan School menyebutkan, diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan stunting.

Anak-anak rentan terserang penyakit, termasuk diare. Menjaga kebersihan dan kualitas lingkungan hidup secara tak langsung menjadi faktor penting dalam mengatasi stunting di Indonesia.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/14/163500865/apa-itu-stunting-ketahui-penyebab-dan-pencegahannya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke