Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Bom Besar di Markas Militer AS dan Perancis di Beirut

KOMPAS.com - Hari ini, 37 tahun lalu, terjadi dua ledakan bom besar di ibu kota Lebanon, Beirut.

Ledakan pertama terjadi di Pusat Komando Pasukan Amerika Serikat di Beirut pada 23 Oktober 1983 pukul 06.20 pagi waktu setempat.

Bom pertama ini berasal dari sebuah truk sampah bermuatan 5,9 ton bahan peledak menabrak gerbang depan Pusat Komando Pasukan AS.

Selain menghancurkan gedung berlantai empat, ledakan itu juga menewaskan 220 marinir, 18 pelaut, dan tiga tentara.

Ledakan kedua terjadi dua menit berselang, yaitu pukul 06.22 pagi waktu setempat, di markas pasukan terjun payung Perancis di Beirut barat. Kejadian ini menewaskan 58 tentara.

Para tentara tersebut berada di Beirut karena menjadi bagian pasukan perdamaian multinasional yang terdiri dari AS, Perancis, dan Italia.

Ini sebagai bagian dari perjanjian genjatan senjata yang ditandatangani Israel dan Pasukan Pembebasan Palestina PLO.

Para saksi mata menyatakan, kedua gedung itu hancur dan meninggalkan pemandangan yang mengerikan.

"Saya belum pernah melihat hal seperti ini sejak perang Vietnam," kata Jordan dengan lengan yang menderita luka, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 24 Oktober 1983.

Latar belakang

Melansir Britannica, pasukan perdamaian itu berada di Beirut sejak 1982 untuk mengawasi penarikan pasukan PLO dari Beirut dan memastikan keselamatan warga sipil Palestina.

Penarikan tersebut dilakukan pada awal September 1982 dan diikuti mundurnya pasukan perdamaian dari Beirut.

Akan tetapi, pembunuhan Presiden Lebanon Bashir Gemayel memicu gelombang kekerasan.

Milisi Kristen membalas kematian Gemayel dengan membunuh ratusan orang Palestina di camp pengungsian Sabra dan Shatila.

Setelah peristiwa itu, pasukan perdamaian bergegas kembali ke Lebanon. Hingga awal 1983, situasi tampak telah stabil.

Namun, ketenangan itu kembali terusik ketika sebuah bom mobil menghancurkan kedutaan besar AS di Beriut barat pada 18 April 1983. Puluhan pekerja AS dan warga sipil dilaporkan tewas.

Pada Mei 1983, Israel dan Lebanon menandatangani perjanjian damai yang menyerukan penarikan pasukan Israel.

Israel pun mulai menarik pasukannya dari pos-pos yang mereka kuasai sejak Juni 1982. Usai penarikan itu, aksi kekerasan terhadap pasukan multinasional meningkat.

Keadaan menjadi krusial ketika kapal perang AS di Mediterania menyerang pasukan Druze yang didukung Suriah.

Serangan itu pun menuai kritikan. Kehadiran pasukan multinasional Barat di Lebanon telah berubah menjadi isu politik.

Suriah, Libya, dan Uni Soviet (Rusia) menuduh pasukan multinasional berisikap memihak di Beirut. Kehadiran mereka juga dianggap sebagai bentuk campur tangan Barat di Timur Tengah.

Tuduhan kepada Iran dan Suriah

Harian Kompas, 1 November 1983, memberitakan AS mengaku memiliki bukti adanya keterlibatan Iran di balik ledakan bom itu.

Menurut Menteri Luar Negeri AS saat itu Kenneth Dam, Suriah juga diyakini pasti mengetahui tentang ledakan yang menewaskan ratusan orang itu.

Hal senada juga dilontarkan Menteri Pertahanan Israel Moshe Arens yang menuduh Suriah telah mengetahui peristiwa tersebut.

"Sudah tak bisa diragukan lagi bahwa Suriah berada di belakang operasi ledakan tersebut," tutur dia.

AS tarik diri

Empat bulan berselang, AS menarik pasukannya dari Lebanon, tepatnya pada Februari 1984.

Tercatat 41 personel kedutaan AS di Beirut diangkut dengan helikopter menuju kapal-kapal di lepas pantai untuk menyelamatkan diri.

Penarikan itu kemudian disusul oleh 1.600 marinir AS di Bandar Udara Beirut, dikutip dari Harian Kompas, 9 Februari 1984.

Menlu AS menilai, tindakan pengungsian staf kedutaan itu merupakan langkah bijaksana dalam menghadapi situasi perang di Beirut.

Saat itu, Beirut tak lagi aman. Sebab, kontak senjata antara pasukan milisi kiri dan kanan telah mengubah Beirut menjadi ajang pertempuran yang mengerikan.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/23/090400565/hari-ini-dalam-sejarah--serangan-bom-besar-di-markas-militer-as-dan

Terkini Lainnya

10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

Tren
Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Tren
Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Tren
Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke