Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral Informasi Cushing Syndrome akibat Dexamethasone, Apa Itu?

Unggahan tersebut menyebutkan beragam gejala yang disebut dengan cushing’s syndrome akibat penggunaan dexamethasone yang sembarangan.

Dexamethasone merupakan obat anti-inflamasi yang tengah menjadi perbincangan setelah disebut efektif untuk pasien Covid-19.

Berikut narasi yang beredar di media sosial:

"MAU TAHU EFEK SAMPING DEKSAMETASON ?

Ngga bermaksud nakut-nakutin yah... tapi kalau ngga perlu banget, ngga usahlah latah beli obat deksametason atau steroid lainnya untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Hasil uji klinik saat ini melaporkan bahwa deksametason hanya berefek baik pada pasien COVID-19 yg kondisi kritis (critically ill), utk mengatasi peradangan berat. Bukan sebagai anti virus.
Kalau dipakai sembarangan tanpa indikasi, apalagi berlebihan, bisa jadi begini lho ...
1. Muka membulat kaya bulan (moon face)
2. Muncul punuk di bahu (buffalo hump)
3. osteoporosis (tulang keropos)
4. kulit mudah lebam
5. rentan infeksi karena sistim imun turun, jika luka lama sembuh
6. kadar gula darah meningkat
7. penipisan kulit, terjadi garis-garis merah (striae)
dll...
Gejala-gejala ini disebut Cushing's syndrome, yaitu syndrome akibat kelebihan hormon kortisol, termasuk kortisol sintetik seperti deksametason.

Obat golongan steroid termasuk deksametason adalah obat keras yang harus diperoleh dengan resep dokter dan digunakan secara benar, agar manfaatnya lebih besar daripada kerugiannya. Jangan sembarangan menggunakan obat !"

Unggahan tersebut dibagikan oleh akun Zullies Ikawati dan telah diunggah ulang lebih dari 1.200 kali dan disukai lebih dari 600 pengguna.

Konfirmasi Kompas.com

Mengonfirmasi informasi tersebut, Kompas.com mengonfirmasi kepada Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, yang merupakan pengunggah informasi tersebut.

Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, merupakan Ketua Prodi Magister Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ia menjelaskan, cushing syndrome merupakan sindrom atau kumpulan gejala akibat kadar hormon steroid atau kortisol berlebihan di dalam tubuh.

Selain itu, sindrom ini dapat muncul akibat pemakaian obat kortikosteroid yang berlebihan.

“Deksamethasone adalah termasuk golongan obat kortikosteroid,” kata Profesor Zullies, saat dihubungi Kompas.com Sabtu (20/6/2020).

Ia mengingatkan, konsumsi dexamethasone secara tidak tepat juga akan mengakibatkan efek samping seperti cushing syndrome. 

Cara kerja dexamethasone

Dexamethasone merupakan obat yang memiliki fungsi sebagai anti radang atau inflamasi.

Umumnya, digunakan untuk pengobatan berkaitan dengan peradangan seperti pada artritis atau asma.

“Obat ini bekerja menekan produksi sitokin, suatu mediator peradangan yang terlibat dalam sistim imun, sehingga memiliki juga efek menekan sistim imun (imunosupresan),” jelas dia.

Selain itu, dexamethasone juga bekerja mengatur metabolisme glukosa sehingga penggunaannya dapat meningkatkan kadar gula darah.

Obat ini juga dapat menyebabkan deposit lemak pada bagian-bagian tertentu seperti di wajah atau bahu/punggung atas sehingga menyebabkan efek muka menjadi bulat (moon face) dan punggung berpunuk (buffalo hump).

Efek jangka panjang itu, menurut dia, bisa muncul ketika penggunaan lebih dari 1 bulan setiap hari.

“Efek-efek ini sebenarnya terjadinya jika digunakan dalam jangka panjang. Efek yang paling kentara muncul adalah moon face (muka bulat). Juga penurunan sistim imun sehingga cenderung rentan terhadap penularan infeksi virus/bakteri,” kata Zullies.

Mengenai bahayanya, ia mengatakan, tergantung kondisi masing-masing individu. 

"Misal orang dengan diabetes tentu efeknya menjadi lebih berbahaya daripada orang non-diabetes, karena meningkatkan kadar gula darah,” kata dia.

Zullies menekankan, dexamethasone bukan obat antivirus. 

"Dexamethasone bukanlah obat antivirus dan bukan untuk mencegah Covid-19," kata dia.

Oleh karena itu, ia mengingatkan, tak perlu ada panic buying terhadap dexamethasone.

“Penggunaan pada orang sehat maupun pada pasien Covid-19 yang masih ringan justru bisa menurunkan sistem imunnya, sehingga bisa rentan tertular atau virusnya lebih lama eliminasinya,” ujar Zullies.

Dalam pernyataan tertulisnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) juga menyampaikan peringatan agar tak melakukan penjualan dan pembelian dexamethasone tanpa resep dokter.

Badan POM menekankan, penggunaan dexamethasone harus di bawah pengawasan dokter.

Penggunaan dexamethasone tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan efek samping yang beragam.

Efek samping itu di antaranya menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan tekanan darah, diabetes, moon face dan masking effect serta efek samping lainnya yang berbahaya.

Sebelumnya diberitakan, WHO menyambut baik penggunaan Dexamethasone untuk Covid-19.

Efektivitas penggunaan dexamethasone diungkapkan setelah adanya penelitian yang menyampaikan bahwa dexamethasone mampu mengobati pasien pada kasus Covid-19 yang parah.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/20/150200665/viral-informasi-cushing-syndrome-akibat-dexamethasone-apa-itu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke