Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Merasa Bosan? Pahami Manfaat dan Cara Menanganinya

KOMPAS.com - Rasa bosan seringkali muncul saat menjalani hari-hari, baik saat harus berkegiatan, menjalankan rutinitas, atau bahkan saat tidak dapat melakukan aktivitas apapun.

Mengapa rasa bosan muncul? Apakah merasa bosan itu salah?

Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebosanan seseorang meningkat selama masa kanak-kanak, memuncak pada awal masa dewasa, menurun pada usia 50-an tahun, dan kembali muncul pada usia 60-an, terutama pada wanita.

Pandemi corona yang saat ini sedang berlangsung menjadi kontribusi lain di luar kondisi normal yang disebut sebagai "waktu ledak kebosanan".

Pasalnya, sebagian besar waktu harus dihabiskan di rumah meskipun berbagai hiburan tetap dapat diakses melalui internet. 

"Kita tidak seharusnya untuk takut pada rasa bosan," kata Psikolog James Danckert dan Penulis Out of My Skull: The Psychology of Boredom John D Eastwood sebagaimana dikutip The Guardian, Minggu (3/5/2020).

Penelitian mereka mengungkapkan bahwa kebosanan banyak disalahartikan.

"Saya pikir itu adalah hal yang baik, dalam berbagai aspek. Bagaimana merespons rasa itu juga bergantung pada diri kita sendiri," tutur Danckert.

Danckert dan Eastwood berpendapat bahwa rasa bosan dapat mengarahkan seseorang untuk mewujudkan potensi, hidup secara penuh dan bermakna. 

Distraksi teknologi 

Danckert dan Eastwood enggan menyalahkan masalah kebosanan yang dimiliki saat ini karena teknologi saja. 

Namun, teknologi memang disebut memberi sebuah distraksi yang kuat.

Teknologi membuat orang lebih mudah untuk mengalihkan diri dari kebosanan. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat memperburuk kebosanan.

Ada "paradoks pilihan" yang tersedia melalui teknologi dan tidak benar-benar membebaskan seseorang dari rasa bosan. 

"Butuh waktu dan fokus yang lama untuk sekadar melihat-lihat unggahan Instagram atau bermain Candy Crush. Akan tetapi, pada akhirnya, Anda tidak puas karena tidak melakukan upaya lebih untuk mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Ini adalah lingkaran setan," jelas Eastwood. 

Terbiasa dengan kondisi batin diri sendiri dapat menghilangkan ketidaknyamanan. Mindfulness, juga dikaitkan dengan tingkat kebosanan yang lebih rendah. 

"Kebosanan bisa menjadi panggilan untuk bertindak, tetapi banyak dari kita yang tidak mendengarnya," kata Danckert. 

Mencegah konsekuensi negatif kebosanan

Untuk menghindari konsekuensi negatif dari kebosanan, lakukan hal-hal berikut ini:

1. Jangan lawan rasa bosan

Bosan memang tidak nyaman, tetapi melawannya menjadikan rasa tersebut semakin buruk. Rasa bosan tidak dapat dihindari, tetapi kebosanan bukan sebuah penentuan atas karakter atau pun kemampuan Anda.

2. Buatlah rutinitas baru

Kebosanan berkembang dengan adanya batasan. Tidak adanya rutinitas dan kesibukan dapat membuat Anda merasa berjalan di tempat. 

Cobalah untuk mencari kegiatan lain, tidak harus memerlukan energi tinggi, tetapi membuat Anda merasa "penuh" kembali.

3. Temukan tujuan

Kebosanan bukan berati tidak adanya aktivitas yang dilakukan, tetapi upaya untuk menemukan nilai dari pilihan-pilihan yang tersedia.

Alih-alih langsung melakukan kegiatan, cobalah untuk menemukan hal yang benar-benar penting dan menjadi tujuan saat ini atau untuk masa depan.

4. Hindari konsumsi pasif

Saat bosan, mudah untuk mengalihkannya dengan menonton Netflix atau mengamati media sosial.

Jika Anda menikmati hal tersebut, tidak ada masalah. Namun, seringkali dengan memposisikan diri sebagai konsumen pasif, kebosanan justru akan muncul.

Oleh karena itu, lakukanlah hal yang membuat Anda merasa terlibat. 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/04/051200565/merasa-bosan-pahami-manfaat-dan-cara-menanganinya

Terkini Lainnya

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

Tren
Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Tren
Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke