Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Kondisi Wabah Virus Corona di Negara-negara "Tersehat" di Dunia

KOMPAS.com - Negara-negara di dunia masih terus bertarung melawan pandemi virus corona yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. 

Keberhasilan dalam melawan virus ini sebagian besar bergantung pada sistem perawatan kesehatan di setiap negara. 

Sejauh ini, ada korelasi nyata antara kemampuan suatu negara untuk menahan virus dengan peringkat sistem perawatan kesehatan dari negara tersebut.

Salah satu indeks pemeringkatan kesehatan dilakukan oleh lembaga kajian di London pada 2019 yaitu Legatum Prosperity Index.

Indeks ini mengukur kebijakan dan kondisi kesejahteraan ekonomi sosial berdasarkan 12 pilar di 167 negara. 

Pilar kesehatan dari indeks ini secara khusus mengukur sejauh mana kesehatan orang-orang di setiap negara dan akses terhadap layanan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Adapun 10 negara peringkat teratas pada indeks tersebut yaitu:

Dalam situasi pandemi virus corona, bagaimana penanganan dari negara-negara "tersehat" ini? Berikut perkembangan dari 5 negara di antaranya:

Terlepas dari lonjakan tersebut, Pemerintah Jepang belum memberlakukan lockdown. 

Di Jepang, jika penduduk belum bisa mendapatkan atau melakukan tes Covid-19, mereka dapat mengunjungi klinik lokal dan menjalani CT scan.

"Seorang pasien tanpa gejala dapat didiagnosis dengan pneumonia melalui CT scan meskipun pasien masih berada dalam tahap pneumonia yang sangat awal" kata seorang dokter di Tokyo Dr Mika Washio sebagaimana dikutip BBC, 19 April 2020.

Menurut Washio, melalui alternatif tersebut, pasien dapat memperoleh perawatan yang cepat. 

Budaya sadar kesehatan yang ada di Jepang juga meminimalkan dampak krisis Covid-19. 

"Banyak orang Jepang yang sudah memakai masker wajah, terutama di musim dingin dan musim semi. Selain itu, lebih dari 60 persen orang Jepang melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan," tambah Washio.

Menurut dia, faktor-faktor ini berperan terhadap kemampuan Jepang dalam mengantisipasi dan melawan pandemi virus corona.

Meski demikian, bukan berarti tidak ada tantangan ke depannya.

Washio mengungkapkan banyak pasien yang didiagnosis tetapi tidak dapat tinggal di rumah sakit seperti keadaan normal.

Sebab, negara mencoba untuk menghemat bed untuk kasus-kasus parah sembari menyiapkan sumberdaya tambahan.

Berdasarkan indeks, Korea Selatan disebut siap untuk menangani wabah Covid-19, terutama dengan pengalamannya saat wabah MERS terjadi pada tahun 2015 lalu.

Sistem perawatan kesehatan Korea ini berkontribusi pada diagnosis dan perawatan awal dari kasus Covid-19 yang terjadi pada penduduknya. 

Setiap warga negara Korea Selatan dilindungi oleh Layanan Asuransi Kesehatan Nasional (NHIS).

"Karena biaya medis yang relatif rendah dengan asuransi ditambah penetapan harga yang dibantu pemerintah, tes dapat dilakukan secara luas dalam sistem perawatan kesehatan Korea Selatan," kata dokter di Seoul Dr Brandon B Suh. 

Suh menyebutkan, banyak orang yang didiagnosis sejak awal dan adanya manajemen yang diterapkan secara tepat waktu dalam penanganan Covid-19 ini.

Selain itu, pemerintah juga menstabilkan pasokan masker dan banyak tempat sudah mewajibkan pemeriksaan suhu butuh sebelum diperbolehkan masuk. 

Secara umum, keberhasilan pada intervensi awal penanganan Covid-19 di Korea Selatan membawa lebih banyak harapan.

"Secara objektif, wabah ini ada di tren menurun. Orang-orang mulai melakukan aktivitas luar ruangan kembali meskipun mereka masih mengenakan masker sepanjang waktu" kata Suh.

Pada akhir Januari 2020, Menteri Kesehatan Israel telah menandatangani dekrit untuk memperluas kewenangan dalam menangani wabah potensial. 

Dekrit tersebut juga meliputi penghindaran perjalanan internasional yang tidak penting dan isolasi diri selama 14 hari bagi warga yang baru bepergian dari zona merah.

Tindakan tersebut tampak terlalu ketat dan awal, tetapi terbayarkan dengan tingkat infeksi dan jumlah rawat inap yang rendah.

Pengujian akurat juga telah dilakukan sejak awal di Israel melalui tes diagnostik molekuler (RT-PCR).

"Orang-orang tidak takut untuk mencari bantuan medis karena mereka tahu biaya akan ditanggung pemerintah dan gratis," kata Wakil Direktur Jenderal Pusat Medis Sheba Israel Prof Arnon Afek. 

Meski demikian, menurut Afek, ada satu kelemahan, yaitu pada ketidakcukupan PDB Israel untuk menanggung semua layanan kesehatan tersebut, yang artinya ada lebih sedikit sumberdaya.

"Namun, ini berarti kami sangat efisien, sangat aktif, dan cepat beradaptasi. Kami memproyeksikan ke depan dan membangun ICU khusus virus corona dan melatih dokter tambahan sebelum kasus naik secara signifikan. Saat pasien datang, kami siap," kata Afek.

Namun, para ahli di Jerman memperingatkan bahwa Jerman belum keluar dari tantangan virus corona.

Jerman sendiri memiliki banyak tempat tidur, ICU, dan dokter yang siap menangani pasien Covid-19.

"Tingkat pengujian yang jauh lebih tinggi di Jerman dapat menciptakan ilusi tentang seberapa baiknya perawatan kesehatan dan seberapa rendah tingkat kematian," kata Ketua Profesor Ilmu Manajemen di European School of Management and Technology Berlin Francis de Vericourt sebagaimana dikutip BBC, 19 April 2020.

Menurutnya, tingkat infeksi yang rendah ini berpotensi menjadi bumerang jika negara tidak hati-hati.

Australia

Menempati posisi ke 18 dalam indeks, Australia berhasil menjaga tingkat pertumbuhan kasus virus corona kurang dari 5 persen. 

Negara ini memiliki sistem perawatan kesehatan "campuran", yaitu melalui cakupan publik atau keseluruhan melalui Medicare dan sistem swasta, yang telah membantu negara bersiap apabila terjadi skenario terburuk.

Australia juga telah menunjukkan rendahnya kasus transmisi lokal.

Pemerintah telah melakukan penelusuran kontak dengan cepat dan karantina wajib bagi orang-orang yang bepergian ke luar negeri atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi.

Jika tren saat ini berlanjut, diperkirakan sistem perawatan kesehatan Australia diperkirakan dapat mengatasi peningkatan kebutuhan atas ventilator maupun bed ICU.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/21/102446865/melihat-kondisi-wabah-virus-corona-di-negara-negara-tersehat-di-dunia

Terkini Lainnya

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke