Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kondisi seperti Apa yang Membuat Infeksi Virus Corona Bisa Menyebabkan Kematian?

Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 itu telah menginfeksi lebih dari 90.000 orang.

Meskipun virus coronamenewaskan lebih dari 3.000 orang, tetapi tingkat kesembuhan juga termasuk tinggi. Lebih dari 50 persen pasien dinyatakan sembuh.

Bagaimana proses infeksi virus corona hingga bisa menyebabkan kematian?

Melansir LA Times, virus corona dapat mematikan karena menyerang bagian tubuh yang sangat rentan dan vital seperti paru-paru.

Virus corona yang menyebabkan flu biasa, biasanya hanya menginfeksi hidung, sinus, dan tenggorokan.

Namun, bagi orang yang menderita Covid-19 umumnya menyebar ke sel-sel saluran udara dan paru-paru.

"Virus ini pada dasarnya membajak sel dan memprogram ulang secara genetis untuk membuat lebih banyak salinan virus," kata seorang pakar penyakit menular di UCLA Dr Otto Yang, Sabtu (29/2/2020).

Sebuah analisis yang melibatkan 45.000 pasien di China mengungkapkan, sebagian besar kasus atau 81 persen hanya menyebabkan penyakit ringan.

Sementara, 14 persen mengalami gejala parah dan hanya 5 persen kasus yang dianggap kritis.

Setengah dari infeksi tersebut dapat menyebabkan kematian.

Berikut yang disampaikan para dokter dan ilmuwan mengenai bagaimana virus corona membunuh seseorang:

1. Menyerang paru-paru

Saat virus mulai menyerang paru-paru, penderita menjadi tidak bisa bernapas dengan baik.

Upaya tubuh melawan virus dapat menyebabkan peradangan di paru-paru dan membuat pernapasan menjadi lebih sulit.

Pembuluh darah yang rusak dalam perang antara virus dan sistem kekebalan tubuh, memungkinkan mulai bocornya cairan ke jaringan paru-paru yang dapat terlihat sebagai bintik-bintik putih pada sinar-X di dada.

Cairan dapat menenggelamkan beberapa kantong udara kecil paru-paru, mencegahnya mengirimkan oksigen ke darah, dan menghilangkan karbon dioksida.

Jenis peradangan dan penghancuran inilah yang disebut pneumonia.

"Sel-sel kekebalan seperti petugas polisi atau tentara," ujar Dr Yang.

"Jika Anda memiliki infeksi kecil, sel-sel kekebalan bisa masuk dan dapat secara efektif membersihkan orang-orang yang bermasalah tanpa banyak kerusakan tambahan," lanjut dia.

Di sisi lain, jika Anda mengalami infeksi parah maka akan membuat kondisi semakin rentan.


2. Masalah pernapasan

Kajian yang dilakukan terhadap pasien di China menunjukkan, pasien yang sakit parah mengalami gejala seperti sesak napas dan kadar oksigen rendah dalam darah.

Sinar-X dada dan CT scan paru-paru menunjukkan sebagian besar organ tertutup cairan.

Beberapa dari pasien yang mengalami kondisi parah memerlukan lebih dari 30 napas per menit, jauh di atas angka normal yaitu 12-20 per menit.

"Meskipun setiap napas tidak berfungsi sebagaimana mestinya, jika Anda mengambil napas yang cukup, Anda bisa menebusnya dan masih bernapas sendiri," ujar Yang.

3. Menyerang ginjal

Paru-paru bukanlah satu-satunya yang diserang virus corona.

Virus corona juga mempunyai kemampuan untuk mengunci, membajak, dan menghancurkan sel-sel ginjal.

Ginjal berperan penting dalam pembuangan limbah dari darah.

Saat ginjal gagal menjalankan fungsinya, tingkat limbah beracun dapat menumpuk di dalam tubuh.

4. Gagal pernapasan

Pasien dianggap sakit kritis jika tidak dapat bernapas sendiri.

Jika ini terjadi, pasien dilengkapi dengan masker khusus yang memberikan konsentrasi oksigen murni sangat tinggi ke dalam mulut atau dapat memakai ventilator.

Ventilator menempatkan tabung ke tenggorokan sehingga mesin dapat mendorong oksigen langsung ke paru-paru.

5. Syok septik

Meskipun ada pengobatan, pertempuran antara virus dan sistem kekebalan tubuh dapat memperparah kerusakan di seluruh tubuh.

"Tidak lagi hanya terbatas pada paru-paru. Ada peradangan yang ada di seluruh tubuh," papar Yang.

Hal ini menimbulkan reaksi berantai yang dapat menghancurkan organ-organ lain dan menyebabkan tekanan darah turun ke tingkat yang sangat berbahaya.

Syok septik merupakan respons seluruh tubuh, di mana sistem kekebalan berusaha menyerang virus di mana-mana.

Tapi, peradangan yang disebabkan oleh sistem kekebalan merusak sel-sel manusia di seluruh tubuh.

"Ini merupakan proses yang dapat dipicu oleh infeksi parah," ujar Yang.


6. Disfungsi atau kegagalan sejumlah organ 

Jika penyakit berkembang, organ-organ dapat mulai gagal atau rusak.

Hal ini dapat terjadi akibat serangan langsung virus seperti paru-paru dan ginjal atau karena syok septik.

Mereka yang meninggal dunia karena Covid-19 sebenarnya sangat mirip dengan orang yang meninggal akibat flu, walaupun virus influenza sangat berbeda dari virus corona.

"Anda dapat menganggapnya sebagai jalur umum terakhir. Penjahat yang datang mungkin berbeda. Tapi efek akhirnya sama," kata Yang.

7. Efek usia

Menurut studi yang dilakukan para peneliti dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, pasien di China yang berusia lanjut menghadapi risiko kematian terbesar.

Sementara, tingkat fatalitas kasus keseluruhan pasien dalam penelitian ini adalah 2,3 persen.

Dari angka ini, sebanyak 8 persen untuk orang berusia 70-an tahun dan 14,8 persen untuk pasien berusia 80-an tahun.

Tidak ada kematian di antara bayi, balita atau anak-anak di bawah 10 tahun.

Hal ini dianggap aneh karena dengan penyakit pernapasan seperti flu, mereka yang sangat muda dan sangat tua menghadapi risiko kematian terbesar.

"Virus itu tampaknya benar-benar jinak pada anak-anak," ujar Yang.

Ini berlaku bahkan untuk anak di bawah usia 1 tahun. Biasanya, anak-anak di bawah usia 1 tahun sangat rentan terhadap banyak hal.

Satu penjelasan yang memungkinkan untuk saat ini adalah bahwa anak-anak mempunyai sistem kekebalan yang belum berkembang.

Dalam hal ini, sistem kekebalan tubuh yang belum matang dapat mencegah tubuh memicu radang yang cukup parah sehingga menyebabkan pneumonia, syok septik, dan kegagalan banyak organ.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/06/100250365/kondisi-seperti-apa-yang-membuat-infeksi-virus-corona-bisa-menyebabkan

Terkini Lainnya

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke