Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profesor Unair Klaim Ramuan Jahe Dapat Cegah Penularan Corona, Ini Penjelasannya...

KOMPAS.com - Angka kematian akibat virus corona jenis baru yang dikenal dengan nama Covid-19 terus bertambah tiap harinya.

Hingga Kamis (20/2/2020), tercatat 2.120 orang meninggal akibat virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China tersebut.

Selain itu, setidaknya 75.291 orang terinfeksi virus corona di dunia. Di mana angka tersebut mengalami peningkatan sebanyak 95 kasus dari total kasus sehari sebelumnya yang berjumlah 75.196.

Berangkat dari terus meluasnya wabah virus corona, seorang profesor asal Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom mengklaim telah menemukan ramuan jahe yang dapat mencegah penularan virus corona atau Covid-19 dalam tubuh.

"Formulasi (ramuan) terdiri dari jahe, kunyit, temulawak, sereh, dan bahan lainnya. Bahan-bahan ini biasa disebut sebagai empon-empon," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (19/2/2020).

Menurutnya, formulasi empon-empon yang dibuatnya berawal dari formulasi yang dibuat saat wabah flu burung yang merebak pada 2008 silam.

Curcumin

Empon-empon, imbuhnya mengandung curcumin yang berfungsi mencegah terjadinya badai sitokin di dalam paru.

Ia menjelaskan, sitokin merupakan senyawa sel (respons imun) sebagai reaksi terhadap adanya virus.

"Jadi sebetulnya sitokin merupakan fungsi positif, tetapi punya efek negatif yaitu merusak sel di sebelahnya. Sitokin inilah yang menyebabkan tubuh menjadi panas kalau seseorang terinfeksi kuman," ujar Nidom yang juga Ketua Tim Riset CoV dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF).

Guna menerapkan fungsi dari empon-empon yang dibuatnya, Nidom menyontohkan, apabila seseorang terinfeksi virus flu burung atau Covid-19 atau kuman lain dengan tipe ganas (highly pathogenic), maka virus-virus tersebut akan masuk ke dalam paru.

Saat di dalam paru, virus bereproduksi di dalam sel, pada saat itulah virus keluar dari sel bersama dengan sitokin.

"Nah, sitokin ini akan merusak sel-sel lain, sehingga sitokin akan banyak dan merusak di dalam paru. Inilah yang disebut dengan badai sitokin," lanjut dia.

Menilik formulasi yang terbilang baru terhadap virus corona, Nidom mengatakan bahwa ia dan peneliti PNF sempat melakukan percobaan ramuan terhadap tikus yang terinfeksi virus flu burung dan diberi empon-empon.

"Kami menunggu donatur virus Covid-19," imbuhnya.

Fungsi empon-empon

Meski begitu, pihaknya berkeyakinan kandungan yang efektif mencegah tubuh dari penularan virus yakni curcumin.

Nidom mengungkapkan, curcumin mampu mengendalikan produksi sitokin.

Tak hanya itu, pembuatan empon-empon ini tidak memerlukan waktu lama, sebab pembuatannya pun mudah dan dapat dicoba di rumah.

Terkait konsumsi, Nidom menyarankan agar masyarakat mengonsumsi pada pagi, siang, dan malam berupa campuran jahe, temulawak, dan sebagainya.

"Masyarakat sudah biasa membuat minuman dari empon-empon tersebut, (konsumsi) tiap hari lebih baik, karena kita tidak tahu kapan virus masuk ke dalam tubuh kita," kata dia.

Selain itu, Nidom menambahkan, hingga saat ini belum ada kasus seseorang keracunan akibat mengonsumsi empon-empon ini.

Rasa empon-empon juga dapat disesuaikan dengan selera peminumnya, seperti ditambahkan kayu manis atau sereh.

"Jadi masyarakat tidak perlu panik, karena ada empon-empon. Minum atau masak gunakan ramuan empon-empon tersebut. Sangat baik untuk kesegaran atau pun menangkal kuman/virus ganas seperti flu burung atau Covid-19," ujar Nidom.

Ia menjelaskan, saat ini para peneliti dari PNF sedang meneruskan riset-iset di laboratorium untuk menemukan formulasi yang tepat empon-empon bagi setiap virus.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/20/160437365/profesor-unair-klaim-ramuan-jahe-dapat-cegah-penularan-corona-ini

Terkini Lainnya

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke