Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Informasi Ledakan di Laut China Selatan Sebabkan Radiasi Nuklir

KOMPAS.com - Sebuah informasi menyebutkan telah terjadi ledakan yang diindikasi menyebabkan paparan radiasi nuklir di Laut China Selatan.

Melalui keterangan tertulis bersama, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyatakan, informasi tersebut dimuat salah satu pemberitaan media online.

Disebutkan bahwa terjadi ledakan di kedalaman 50 meter di bawah permukaan Laut China Selatan.

Setelah melakukan pemantauan BMKG dan Bapeten menyatakan tidak menemukan adanya ledakan di Laut China Selatan yang diperkirakan terjadi pada Kamis (21/11/2019).

"Berita adanya paparan radiasi Nuklir di Laut Cina Selatan tidak terbukti," demikian bunyi pernyataan BMKG dan Bapeten.

Klarifikasi mengenai hal ini disampaikan melalui keterangan tertulis dan diunggah oleh akun media sosial sejumlah kementerian, di antaranya Facebook Kementerian Hukum dan HAM RI.

Rini mengungkapkan, informasi terjadinya ledakan yang menyebabkan paparan radiasi nuklir adalah tidak benar.

"Jadi, isu yang terkait ledakan nuklir di Laut China Selatan itu memang hoaks, tidak benar," ujar Rini saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (23/11/2019).

Ia mengatakan, BMKG telah melakukan upaya untuk mengecek informasi tersebut.

Berdasarkan pantauan dari jaringan stasiun monitoring gempa bumi yang masuk dalam sistem prosessing di BMKG dan hasil analisis rekaman seismik di dua lokasi yang diperkirakan dekat dengan Laut Chin Selatan, yakni Vietnam dan Taiwan, BMKG tidak mendeteksi adanya ledakan nuklir yang terjadi.

"Adanya anomali sinyal seismik yang menunjukkan akibat dari ledakan nuklir, yang diperkirakan ledakan itu akan terjadi pada tanggal 20 November 2019 pukul 18.22 waktu Eastern US atau diperkirakan pada 21 November 2019 pukul 06.22 WIB," ujar Rini.

"Jadi, berdasarkan proses itu yang ada di Taiwan dan Vietnam tidak terdeteksi anomali sinyal elektrik," lanjut dia.

Selain itu, Bapeten juga melakukan pengukuran radioaktiv lingkungan menggunakan monitor radiasi lingkungan atau sensor Radiological Data Monitoring System (RTMS) yang telah terpasang di enam lokasi stasiun CTBTO.

Lokasi tersebut di beberapa stasiun BMKG antara lain, di Deli Serdang; Lembang Bandung; Kappang Sulawesi Selatan; Kupang NTT; Sorong Papua Barat, dan Jayapura, Papua.

Rini juga mengungkapkan, dari pantauan sensor yang terpasang di stasiun BMKG di Tanjung Pinang, Kalimantan, dan Gorontalo, menunjukkan hasil serupa.

"Berdasarkan sensor yang terpasang di stasiun BMKG tersebut tidak terdeteksi adanya tingkat radiasi, jadi tidak benar juga," ujar Rini.

Adapun proses pantauan sensor RDMS ini dapat mendeteksi tingkat radiasi yang signifikan hingga tingkat radiasi alamiah yang terjadi di suatu daerah.

Selain itu, lokasi antara Laut China Selatan dengan Indonesia tergolong jauh.

Oleh karena itu, Rini mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap informasi yang tidak benar yang beredar luas,

"Jadi, masyarakat diwaspadai tidak perlu panik, terpancing isu atau termakan hoaks," ujar Rini.

Ia berharap agar klarifikasi BMKG dan Bapeten ini diakses masyarakat sehingga mengetahui informasi yang sebenarnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/23/172200465/-hoaks-informasi-ledakan-di-laut-china-selatan-sebabkan-radiasi-nuklir

Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke