Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mohammad Yamin, Salah Satu Sosok Penting di Balik Sumpah Pemuda

Hari ini, 28 Oktober 2019, merupakan peringatan ke-90 tahun lahirnya Sumpah Pemuda.

Mohammad Yamin salah satu yang berperan dalam gerakan pemuda yang melahirkan sejumlah organisasi atau perhimpunan yang menjadi cikal bakal lahirnya semangat persatuan di Nusantara dan akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda.

Yamin lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1903.

Melansir pemberitaan Harian Kompas 17 Oktober 1967, Yamin mengenyam pendidikan di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat di Minangkabau.

Setelah itu, putra pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah ini melanjutkan studinya ke Algemeene Middelbare School (AMS) atau setingkat sekolah menengah atas di Yogyakarta.

Dari situ, Yamin kemudian mempelajari hukum di Rechts Hooge School atau Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan mendapat gelar Meester in Rechten (Mr).

Yamin merupakan sarjana Indonesia yang pernah menerima gelar Sarjana Agung Mahaputera.

Gelar tersebut diberikan pemerintah kepada dirinya atas peran Yamin sebagai negarawan dan pujangga.

Sebagai sastrawan, ia telah melahirkan beragam karya antara lain sandiwara Ken Arok dan Ken Dedes serta tulisan-tulisan mengenai sejarah.

Selain itu, Yamin juga menerjemahkan sastra karya penulis Asia seperti Rabindranath Tagore dan menerjemahkan kisah-kisah William Shakespeare.

Ia juga salah seorang yang memelopori Pujangga Baru dan kemudian diteruskan oleh Amir Sjarifuddin, Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, Sanusi Pane, serta Amir Hamzah.

Jadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan

Perjuangan Yamin juga mencakup usaha dalam menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi perjuangan.

Usulan Yamin dalam Kongres Pemuda ini disambut baik oleh pemuda-pemuda lain.

Saat Kongres Pemuda I, Yamin melalui pidatonya mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Dia berpendapat, jika bahasa Melayu semakin lama akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan.

"Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian pidato Yamin, dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003).

Pidato tersebut mendapatkan tanggapan yang cukup baik dari peserta kongres.

Mereka tertarik terhadap pemaparan dan konsep persatuan yang dikemukakan Yamin.

Meski telah menggelorakan semangat persatuan, namun Kongres Pemuda I belum berhasil menyatukan kelompok pemuda.

Menolak fusi kelompok pemuda

Mohammad Yamin merupakan salah satu tokoh yang turut memelopori adanya kongres pemuda.

Namun, ia juga yang menentang adanya penggabungan atau fusi dari kelompok-kelompok pemuda.

Alasannya, ia lebih memilih bentuk federasi di mana setiap perkumpulan pemuda bisa bergerak bebas tanpa adanya aturan yang melekat.

Akan tetapi, di lain pihak, organisasi pemuda dari Perhimpunan Indonesia dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPKI) menyepakati adanya penggabungan dalam satu wadah.

Bahkan, hingga diselenggarakannya Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, Yamin belum menyetujui adanya penggabungan dari kelompok-kelompok pemuda.

"Kalau kita mengadakan persatuan, apakah Jong Java yang sudah besar dan mempunyai berbagai kegiatan, seperti kesenian yang bercorak Jawa, akan mau menerima persatuan itu?" ucap Yamin seperti dikutip dari Harian Kompas, 28 Oktober 1972.

Meski demikian, angan dan semangat Yamin  terhadap persatuan tetap ada.

Dia juga berharap agar semangat persatuan tetap ada dengan tidak menghilangkan kekhasan tiap daerah.

Arsip Harian Kompas 28 Oktober 1967, menyebutkan, pada rapat hari pertama yang digelar di Gedung K. Jongelingen Bond yang dipenuhi oleh para pemuda dari seluruh elemen organisasi tersebut, Mohammad Yamin menyerukan persatuan.

"Tadi saya katakan bahasa malam ini besar artinya bagi Pemuda Indonesia. Artinya itu saya ulangkan sekali lagi pada kesudahan pembicaraan kami, kebangsaan kami beralas persatuan, dan persatuan ini bersendi kepada kemauan. Selama kemauan ini masih ada dalam dada anak Indonesia, selama itu pulalah ada persatuan kita. Sebab itu simpan dan tanamlah kemauan hendak bersatu supaya selamat bangsa dan tanah air kita tumpah darah Indonesia," ucap Yamin.

Sebelumnya, Yamin sempat mengemukakan bahwa persatuan Indonesia berlandaskan pada tiga hal yakni sejarah, hukum adat, dan pokok bahasa yang tunggal.

Setelah Yamin menyampaikan pidatonya, suasana gedung menjadi hening. Seluruh pemuda terpaku mendengar pidatonya.

Meski sempat menolak gagasan mengenai fusi seluruh organisasi pemuda, menjelang sidang terakhir pada hari kedua, tiba-tiba Yamin membisikkan sesuatu kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres.

Yakin mengatakan, dia memiliki rumusan keputusan yang elegan dan meminta waktu untuk membacakan sekaligus menerangkannya di hadapan kongres.

Rumusan inilah yang saat ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Setelah kongres berakhir, Yamin sendiri mulai melunak dan menerima gagasan untuk melebur semua organisasi pemuda dalam satu wadah yaitu Indonesia Muda.

Inilah rumusan Sumpah Pemuda tersebut:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. 

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/28/122823465/mohammad-yamin-salah-satu-sosok-penting-di-balik-sumpah-pemuda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke