Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kabar Suhu Panas Ekstrem Lebih dari 40 Derajat, BMKG Sebut Hoaks

Bahkan pesan tersebut juga menyebutkan bahwa dalam tiga hari ke depan beberapa kota di Indonesia akan mengalami cuaca panas ekstrem dengan suhu di atas 40 derajat celcius.
Berikut isi pesannya:

Dear all, mulai besok sampai 3 hari ke depan di harapkan kurangi aktivitas di luar rumah, karena cuaca panas eztreme melanda Indonesia untuk 3 hari ke depan. Banyak minum air mineral dan multivitamin ya Bro... Temperatur panas extreme yang terbaca oleh deteksi satelit hari ini, adalah didaerah :
Jakarta 38°C
Depok 38°C
Serang Banten 44°C
Bekasi 38°C
Tangerang 44°C
Jogjakarta 40°C
Malang 44°C
Solo 45°C
Madiun 39°C
Magelang 39°C
purworejo 40°C
Madura 42°C
Bali 45°C
Lombok 43°C
Riau 45°C
Batam 42°C
Makassar 43°C
Pare-pare dan bone 40°C
Papua Nugini, nyaris mendekati 50°C
Derah lain masih dalam pantauan mitigasi klimatologi NASA.
Jaga kesehatan, pola makan, dan banyak minum air ya, Kawan. Panas extreme pemicu dehidrasi, malaria, tifus, campak, dan pelemahan sel jaringan otak.

Melalui akun Instagram resminya (@infobmkg), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah kabar tersebut.

Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari menyebutkan suhu udara di beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini memang lebih panas, khususnya di sekitar dan selatan khatulistiwa.

Meski begitu, menurut Indra, untuk tahun ini, BMKG belum mencatat adanya kenaikan suhu hingga 40 derajat celcius.

"Kami belum mencatat suhu di atas 40 derajat celcius untuk wilayah Indonesia," ucap Indra menjawab Kompas.com, Rabu (23/10/2019).

Penyebab panas

Indra menuturkan, penyebab adanya suhu panas di wilayah Indonesia karena masih berlangsungnya musim kemarau.

"Penyebab pertama adalah masih kondisi kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya di sebagian wilayah Indonesia," kata Indra.

Kemudian penyebab kedua adalah adanya posisi semu matahari yang berada di atas wilayah Indonesia atau di sekitar ekuator yang menyebabkan intensitas penyinaran matahari menjadi lebih tinggi.

Pada Bulan Oktober, posisi semu matahari berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan seperti Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan daerah-daerah lainnya.

Hal ini kemudian menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi menjadi relatif lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan suhu udara pada siang hari. Penyebab lainnya adalah atmosfer yang berada di wilayah selatan Indonesia relatif kering.

Suhu masih bisa bertambah

Kondisi suhu tinggi masih akan bertambah ke depannya. Bahkan BMKG dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, dalam waktu satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia.

"Khususnya sampai akhir Oktober ini dan daerah di bagian selatan Jawa dan Nusa Tenggara," ucap Indra.

Suhu terik ini masih akan terjadi karena posisi semu matahari yang masih akan berlanjut hingga ke selatan.

Selain itu, Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo mengatakan kondisi atmosfer yang masih cukup kering membuat suhu panas berpotensi meningkat karena kurangnya pertumbuhan awan yang bisa menghalangi terik matahari.

Imbauan BKMG

Sehubungan dengan cuaca panas yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, BMKG mengimbau agar masyarakat yang terdampak untuk minum air putih yang cukup guna menghindari dehidrasi.

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar mataheri jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai adanya aktivitas yang bisa memicu kebakaran hutan dan lahan. 

 Tak hanya itu, BMKG juga mengimbau warga untuk mewaspadai adanya potensi angin kencang yang diperkirakan terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. 

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/23/203300065/kabar-suhu-panas-ekstrem-lebih-dari-40-derajat-bmkg-sebut-hoaks

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke