Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kita Bisa Kecanduan Nikotin?

KOMPAS.com - Meski telah diketahui efek negatifnya, banyak orang yang masih sulit melepaskan diri dari gaya hidup merokok.

Berdasarkan data terakhir Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, perokok aktif Indonesia mulai dari usia 10 tahun ke atas berkisar hingga 66 juta orang.

Padahal, angka kematian akibat rokok di indonesia telah mencapai 200 ribu kasus per tahunnya.

Memang susah untuk menghentikan kebiasaan merokok atau menghisap vape. Baik rokok atau vape (rokok elektrik), keduanya sama-sama mengandung nikotin.

Nikotin inilah yang menghasilkan efek kecanduan. Lalu, bagaimana cara kerja nikotin dalam tubuh kita?

Ketika seseorang menghirup asap rokok, nikotin disuling dari tembakau dan dibawa oleh partikel asap ke dalam paru-paru yang kemudian akan diserap dengan cepat ke dalam vena pulmonaris paru.

Setelah itu, partikel nikotin memasuki sirkulasi arteri dan bergerak menuju otak.

Nikotin dengan mudah mengalir ke jaringan otak, di mana partikel-partikel ini akan mengikat reseptor nAChRs, reseptor ionotropik (ligand-gated ion channel) yang terbuka untuk memungkinkan kation seperti sodium dan kalsium melewati membran dalam menanggapi lebih banyak pengikatan utusan kimia, seperti neurotransmitter.

Salah satu neurotransmiter ini adalah dopamin, yang dapat meningkatkan mood dan mengaktifkan perasaan senang.

Efek Candu

Efek nikotin dalam tembakau inilah yang menghasilkan efek candu.

Pada sebagian orang, merokok bisa sangat cepat menyebabkan ketergantungan nikotin walaupun dikonsumsi hanya dalam jumlah kecil.

Berikut adalah beberapa tanda dan gejala kecanduan nikotin:

1. Tidak bisa berhenti merokok.

2. Mengalami perubaan fisik atau suasana hati saat mencoba untuk berhenti merokok

3. Tetap merokok walaupun memiliki masalah kesehatan.

4. Kita lebih mementingkan untuk bisa merokok daripada melakukan aktivitas sosial maupun rekreasional.

Untuk mengatasi efek kecanduan nikotin, kita bisa menggunakan produk alternatif nikotin seperti permen karet nikotin atau koyo nikotin.

Produk-produk ini menghasilkan perubahan fisiologis yang lebih bisa ditoleransi daripada efek sistemik produk berbahan dasar tembakau.

Umumnya, produk tersebut juga menyuplai pengguna dengan kadar nikotin yang jauh lebih rendah daripada sebatang rokok.

Obat-obatan resep dokter seperti bupropion dan varenicline juga bisa mengatasi efek kecanduan nikotin.

Bupropion tidak mengandung nikotin tetapi dapat menanggulangi keinginan pasien untuk merokok.

Sementara itu, varenicline adalah obat yang akan menargetkan ketergantungan otak terhadap nikotin dengan cara memblokir asupan nikotin sebelum sampai ke dalam membran otak dan menurunkan hasrat merokok.

Selain kedua cara di atas kita juga harus mulai menerapkan perubahan gaya hidup yang lebih positif demi kesehatan kita.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/21/191400865/mengapa-kita-bisa-kecanduan-nikotin-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke