Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Orang Takut Jadi Jomblo, Ini Bukti Status Single Bukan Akhir Dunia

Meski sering dianggap memiliki nasib malang, namun ternyata status jomblo memiliki segudang manfaat.

Arsip pemberitaan Kompas.com (12/2/2018) menyebutkan, psikolog dari University of California, Bella DePaulo mengatakan, memiliki pasangan belum tentu membuat seseorang bahagia.

DePaulo juga menyebut, orang yang tidak memiliki pasangan biasanya mempunyai teman yang lebih banyak. Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Natalia Sarkisian dan Naomi Gerstel pada tahun 2015 lalu menyebutkan, menjadi jomblo meningkatkan hubungan sosial baik bagi wanita maupun pria.

Para jomblo cenderung lebih sering berinteraksi dengan saudara, tetangga, dan teman mereka. Terlebih, mereka yang single cenderung lebih sering menerima serta memberi bantuan dari lingkungan di sekitarnya dibanding mereka yang berpasangan.

Lebih lanjut, penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal pada 2008 menyebutkan, orang yang memmiliki kontak secara teratur dengan 10 atau lebih kenalan menjadi lebih bahagia.

Manfaat lain dari menyandang status single adalah menjadi lebih sehat. William Chopik, asisten profesor psikologi di Michigan State University mengemukakan, seiring bertambahnya usia, persahabatan antar-manusia menjadi lebih penting.

"Jadi, sangat baik menjaga hubungan persahabatan untuk membuat Anda lebih bahagia," ujar Chopik.

Tak hanya itu, mereka yang tidak memiliki pasangan cenderung lebih bugar. Sebuah survei yang dipublikasikan di jurnal Sosial Science and Medicine menyebutkan, indeks massa tubuh (IMT) para lajang lebih rendah dibanding mereka yang berpasangan.

Temuan lain juga mengatakan jika menjadi seorang single tidak selalu kesepian. Mereka bahkan memiliki waktu menyendiri lebih banyak sehingga mampu meningkatkan rasa kebebasan dan tingkat kreativitas serta keintiman yang lebih tinggi.

Istilah jomblo dan ketakutan akan kesendirian

Istilah jomblo menjamur di kalangan anak muda, khususnya bagi mereka yang tidak mempunyai pasangan. Dikutip dari Hello Sehat, Minggu (1/9/2019) istilah ini sudah ada sejak 1993.

Namun saat ini, istilah jomblo mengalami pergeseran makna dan diperuntukkan bagi mereka yang berstatus single dan belum menikah.

Bahkan, sering istilah ini digunakan untuk mengolok-olok mereka yang masih sendiri. Hal ini kemudian membuat banyak orang takut untuk menyandang status single.

Fenomena ketakutan ini juga diulas oleh Spielmann dkk yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2013.

Dalam penelitiannya, Spielmann menyebutkan sindrom ini disebut dengan singlism. Lebih lanjut, sindrom takut sendiri atau tidak memiliki pasangan bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang yang sedang tidak memiliki pacar, belum pernah memiliki pasangan, atau sedang menjalani hubungan romantis.

Pada orang yang sudah berpasangan, sindrom ini dapat mengakibatkan kecemasan akan kandasnya hubungan. Bahkan kekhawatiran ini menyebabkan pengidapnya rela berada di dalam hubungan yang toxic dan tidak bahagia.

Penelitian ini juga menyebutkan, sindrom singlism dapat menyebabkan seseorang menderita ketakutan yang irasional.

Kondisi ini disebut dengan anuptaphobia yang merupakan fobia akibar dari rasa takut kesepian yang mungkin dipicu oleh pengalaman traumatis di masa lalu.

Berbagai pengalaman traumatis di masa lalu dapat membuat seseorang menjadi takut akan kesendirian. Faktor inilah yang kemudian memicu ketakutan seseorang jika hidup tanpa pasangan.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/01/200000865/banyak-orang-takut-jadi-jomblo-ini-bukti-status-single-bukan-akhir-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke