Mereka awalnya masih ragu akan informasi tersebut. Warga baru percaya ketika teks lengkap proklamasi tiba pada 30 Agustus, dibawa dari Bukittinggi oleh tiga anggota Giyugun, yaitu Mansyurdin, Nur Rauf, dan Rajab.
Ketiga anggota Gyugun tersebut menempelkan pamflet proklamasi kemerdekaan di beberapa tempat di Pekanbaru.
Meski pamflet tersebut segera dirobek oleh tentara Jepang, tetapi beberapa warga sudah membacanya sehingga berita proklamasi tetap tersebar luas di Pekanbaru.
Tersebarnya berita proklamasi di Pekanbaru direspons oleh masyarakat dengan mengibarkan bendera merah putih di Kantor PTT pada 15 September 1945, diikuti pengibaran di Kantor Shu Chokan pada 16 September 1945.
Baca juga: Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta
Berita proklamasi diketahui oleh pimpinan buruh di Pertambangan Minyak Jambi, Ir. Soedarsono, yang menerima telepon dari AK Gani pada 18 Agustus 1945.
Soedarsono langsung menyebarkan berita tersebut kepada masyarakat dan dalam waktu singkat, kabar mengenai proklamasi kemerdekaan tersebar di sejumlah daerah di Jambi, seperti Sarolangun, Bangko, Bungo, Tebo, Batanghari, Tungkal, dan Kerinci.
Masyarakat Jambi merespons berita tersebut dengan melakukan pengibaran bendera merah putih pada 22 Agustus 1945 di puncak menara air Kota Jambi.
Tiga hari kemudian, bendera merah putih juga dikibarkan di depan kantor polisi dan segera diikuti oleh hampir semua instansi pemerintah di Jambi.
Berita proklamasi telah didengar oleh beberapa warga Medan pada 17 Agustus 1945, melalui radio yang luput dari penyegelan Jepang.
Namun, mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menyebarluaskannya karena sikap represif Jepang dan datangnya pasukan Sekutu.
Selain itu, ada sebagian masyarakat Sumatera Timur (kalangan kerajaan dan bangsawan) yang tidak menginginkan Indonesia merdeka dan telah mengadakan kontak dengan Sekutu serta Belanda.
Baca juga: Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Maluku dan Papua
Berita proklamasi kemerdekaan tiba di Palembang dibawa oleh TM Hasan, dr. Mohammad Amir, dan Mr. Abbas, yang singgah sepulang dari Jakarta.
Mereka langsung melakukan pertemuan pada malam hari dengan para tokoh Palembang seperti AK Gani, dr. Isa, Asaari, Ir. Ibrahim, Mursodo, RZ Fanani, Abdul Rozak, dan Nungcik Ar.
Pertemuan tersebut membahas tentang proklamasi kemerdekaan yang tidak berhubungan dengan Jepang, masalah UUD 1945, konsepsi mengenai KNI, Dewan Menteri, BKR, PNI, dan rencana-rencana penggantian/pengambilalihan kekuasan dari tangan Jepang.
Berita proklamasi di Palembang disambut dengan hangat, baik oleh para tokoh, pemimpin, maupun masyarakat secara luas yang menyambut kemerdekaan Indonesia dengan antusias.
Referensi: