Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi di Indonesia Setelah Jepang Menyerah kepada Sekutu?

Kompas.com - 16/03/2024, 12:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945 dan diumumkan lewat radio oleh Kaisar Hirohito sehari kemudian, yakni pada 15 Agustus 1945.

Apa yang terjadi di Indonesia setelah Jepang menyerah kepada Sekutu?

Baca juga: Peristiwa 15 Agustus 1945: Indonesia Mengalami Kekosongan Kekuasaan

Kekosongan kekuasaan di Indonesia

Menyerahnya Jepang kepada Sekutu mengakibatkan kondisi di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan atau vacuum of power.

Awalnya, berita penyerahan Jepang sebenarnya ingin disembunyikan dari tokoh-tokoh di Indonesia.

Namun, berita Jepang menyerah kepada Sekutu didengar melalui radio oleh Sutan Syahrir.

Mengetahui hal tersebut, Syahrir menyadari Indonesia mengalami vacuum of power.

Kekosongan kekuasaan di Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1945 ingin dimanfaatkan para tokoh golongan muda untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Di kediaman Soekarno sempat terjadi perdebatan antara golongan muda dengan Soekarno-Hatta terkait waktu pelaksanaan proklamasi.

Soekarno tetap berpendapat bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto.

Karena itu, Soekarno ingin sidang bersama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) terlebih dulu, yang tugasnya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan tentara Jepang.

Baca juga: Alasan Soekarno Ingin Sidang Bersama PPKI Sebelum Proklamasi

Para pemuda yang tetap ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin, tercetus gagasan "menculik" Bung Karno dan Hatta agar kedua tokoh ini terhindar dari pengaruh Jepang.

Karena itulah, terjadi Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Untungnya, perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua dapat segera diakhiri.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pun sukses terlaksana pada 17 Agustus 1945.

Belanda datang kembali ke Indonesia

Proklamasi kemerdekaan tidak membuat Indonesia lepas dari incaran bangsa asing dan menjadi negara yang berdaulat penuh.

Hal ini dikarenakan Belanda datang kembali dengan membonceng tentara Sekutu, untuk menduduki Indonesia.

Tentara Sekutu seharusnya datang ke Indonesia dengan tujuan melucuti tentara Jepang dan menciptakan keamanan serta ketertiban hukum.

Baca juga: Reaksi Sekutu Setelah Peristiwa Pengeboman Pearl Harbor

Sebelum tentara Sekutu datang, Inggris dan Belanda menandatangani perjanjian rahasia yang disebut Civil Affairs Agreement.

Perjanjian tersebut berisi pengaturan pemindahan kekuasaan di Indonesia dari Inggris, yang mewakili Sekutu ke Indonesia, kepada Netherland Indies Civil Administration (NICA), Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang didirikan di Australia setelah Indonesia lepas ke tangan Jepang.

Oleh karena itu, pada saat Sekutu datang ke Indonesia untuk melucuti senjata, NICA juga ikut di belakang Sekutu dengan tujuan mengambil alih pemerintahan di Indonesia.

Sekutu dan NICA mendarat di Jakarta, Surabaya, dan Medan, karena ketiga kota tersebut dianggap sebagai kunci untuk menguasai kembali ke Indonesia.

Namun, ketika Sekutu dan NICA tiba di Indonesia, Pemerintahan Indonesia ternyata telah berdiri dan mendapatkan dukungan dari segenap rakyat.

Kedatangan NICA, dengan tujuan menguasai kembali Indonesia, disadari oleh rakyat.

Alhasil, terjadilah perlawanan bangsa Indonesia dan dimulailah era perang untuk mempertahankan kemerdekaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com