Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Bangsa Besar, Cintai Ilmu Pengetahuan

Kompas.com - 05/12/2023, 16:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Militer, birokrasi, administrasi yang efektif juga tergantung pada komitmen para penguasa. Ilmu astronomi, kedokteran, fisika, dan kimia mendapatkan tempat yang mulia. Filsafat, sejarah, sosiologi, theologi dan ilmu-ilmu kemanusiaan ditempatkan di utama.

Di taman Gulhani depan Topkopi, kebetulan Penulis mendapat kesempatan menyaksikan koleksi perkembangan ilmu dan teknologi ditemani pejabat Yayasan Fuat Sezgin.

Di situ penemuan kedokteran, astronomi, fisika dan kimia dari alat yang paling sederhana dari dinasti sebelumnya, Seljuk, Mameluk, Abbasiyah, dan Umayyah dipamerkan.

Teropong sederhana, replika tata surya, penentuan waktu, pengubah zat kimia, alat bedah zaman dulu, dan berbagai macam perkembangan teknologi awal.

Turki Utsmani pada masa kejayaannya juga ditopang ilmu, teknologi, dan penemuan-penemuan lanjutan dari generasi sebelumnya.

Namun, perkembangan selanjutnya berbeda. Ketika Eropa terdesak oleh Utsmani, karena jalan perdangangan lewat Bosporus dikuasai emperium Islam dengan menerapkan pajak tinggi, para pelancong Eropa mencari jalan lain.

Mereka menemukan jalur laut dengan mengembangkan teknologi perkapalan dan ilmu pelayaran.

Orang-orang Eropa melewati laut menuju Afrika, Amerika, Asia, dan bahkan Asia Tenggara tanpa melalui jalur dan administrasi Utsmani. Kondisi itulah tanda kemunduran peran Utsmani dan bangkitnya Eropa.

Di sisi lain, dinasti Utsmani menikmati efektifitas administrasi sentralistik kesultanan, dengan upeti dan pajak dari daerah-dearah yang ditaklukkan.

Mulai abad tujuh belas Masehi, kemakmuran dan kemewahan Istana dengan harem-haremnya membuat para sultan menikmati hidupnya. Mereka terlena.

Sedangkan para penasihat, pejabat, dan pimpinan militer melakukan tugas sehari-hari. Penyimpangan dan korupsi tak terkendali.

Sultan dan pejabat tinggi terpisah dari kenyataan, karena kenikmatan mewahnya Istana. Para sultan bahkan sengaja dilemahkan. Para wasir sengaja ditaklukkan oleh birokrasi bawahannya, agar penumpukan kekayaan tetap pada mereka tanpa kontrol.

Dari abad delapan belas, sultan dan orang-orang inti di Istana Utsmani terlemahkan. Mungkin itu yang diinginkan oleh mereka yang berkepentingan menutupi penyelewengan.

Sultan yang kuat, disingkirkan. Wazir yang cakap, tak berumur lama. Secara birokrasi amburadul, Turki Utsmani anjlok terus. Sultan lemah, dinobatkan. Wazir tak lihai, dipelihara.

Eropa di sisi lain bangkit karena revolusi industri. Seni, ilmu, dan spirit perdagangan berkembang pesat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com