KOMPAS.com - Gedung Sate Bandung dibangun pertama kali pada 27 Juli 1920.
Struktur bangunan dari gedung ini dirancang oleh seorang arsitek asal Belanda yang bernama Ir. J. Gerber.
Proses pembangunan Gedung Sate Bandung memakan waktu selama empat tahun hingga 1924, yang melibatkan setidaknya 2.000 warga Indonesia sebagai pekerja.
Setelah berhasil dibangun, Gedung Sate yang merupakan ikon Kota Bandung sempat diperebutkan oleh Sekutu pada 3 Desember 1945.
Lalu, bagaimana kronologi perebutan Gedung Sate?
Baca juga: Kronologi Peristiwa Bandung Lautan Api
Pada 3 Desember 1945, sempat terjadi peristiwa perebutan Gedung Sate Bandung.
Kejadian ini bermula pada 4 Oktober 1945, ketika tentara Sekutu, tentara Belanda, dan NICA mulai memasuki kota Bandung.
Semenjak pasukan Sekutu datang, kondisi Kota Bandung jauh dari kata aman.
Tentara Sekutu membangun markas mereka bertepatan di bagian utara Kota Bandung yang letaknya tidak jauh dari Gedung Sate.
Kala itu, Gedung Sate menjadi pusat kegiatan yang dilancarkan oleh gerakan pemuda Indonesia dalam kelompok Angkatan Muda Pekerjaan Umum.
Oleh sebab itu, ketika Sekutu datang ke kota Bandung, sekitar 40 orang dari Angkatan Muda Pekerjaan Umum ditugaskan untuk menjaga Gedung Sate
Seiring berjalannya waktu, ketegangan mulai memuncak di Bandung pada 2 November 1945, setelah pasukan Gurkha dan NICA tiba dan mengepung Gedung Sate.
Pasukan Gurkha adalah tentara bayaran dari Nepal yang menjadi pasukan Inggris dan Belanda.
Baca juga: Kedatangan NICA dan Sekutu Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Sebagai upaya untuk melakukan perlawanan, pada 29 November 1945, perwakilan Angkatan Muda Pekerjaan Umum, yaitu Didi Hardianto Kamarga bersama dengan dua rekannya datang meminta izin kepada Komando Majelis Persatuan Priangan (MP3) dengan memberitahukan bahwa Gedung Sate telah dikepung oleh tentara Inggris.
Awalnya, Ketua Biro Pertahanan MP3 Soetoko menyarankan agar mereka mengurungkan niat untuk melakukan perlawanan.
Akan tetapi, Didi bersama rekan-rekan yang lain bersikukuh ingin tetap berjuang.
Pada akhirnya, Soetoko memberikan perintahnya kepada Angkatan Muda Pekerjaan Umum untuk menjaga Gedung Sate.
Pada 3 Desember 1945, sekitar pukul 11.00, hanya ada 21 pemuda pegawai yang ditugaskan untuk mempertahankan Kantor Departemen Umum.
Tiba-tiba, pasukan Gurkha datang dan mengepung sekaligus melepaskan serangan dari segala penjuru.
Baca juga: Julukan-julukan Kota Bandung
Sementara itu, para pemuda berusaha mempertahankan dan melawan pasukan Gurkha dan NICA dengan segala kekuatan yang mereka punya.
Akan tetapi, karena kalah jumlah pasukan dan kurangnya senjata yang memadai, pasukan Gurkha dan NICA berhasil unggul.
Pertempuran pun resmi berakhir pukul 14.00.
Peristiwa ini telah memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari pasukan Gurkha.
Konon, ketujuh korban ini dikubur dalam satu lubang yang sama di belakang halaman Gedung Sate.
Lalu, pada 1952, tiga jasad dari tujuh pemuda itu berhasil ditemukan, sedangkan empat jasad lainnya masih hilang sampai sekarang.
Untuk mengenang perjuangan mereka, dibuatkan sebuah tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate.
Namun, atas perintah Menteri Pekerjaan Umum, pada 3 Desember 1970, tugu itu dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.
Referensi: