Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Seorang Jesuit Berjumpa dengan Hitler

Kompas.com - 05/11/2023, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada 28 Mei 1937, pihak Gestapo melarang Mayer untuk berkotbah di dalam gereja. Larangan ini tidak digrubris oleh Mayer.

Setiap saat, Gestapo dapat menangkap dan menjebloskan Mayer ke dalam penjara. Mayerpun sudah memperhitungkan hal ini. Barang-barang yang akan dibawa ke penjara sudah dimasukkan ke dalam tas.

Akhrinya, Gestapo mendatangi Rupert Mayer pada 5 Juni 1937. Mayerpun dijebloskan ke penjara. Atasan Mayer, Augustin Rösch S.J, melobi Dr. Wather Stepp, pimpinan Gestapo München untuk membebaskan Mayer.

Pihak Gestapo bersedia membebaskan Mayer dengan syarat Mayer dilarang berbicara di depan umum, termasuk berkotbah di gereja.

Tawaran ini dilayangkan secara persuasif beberapa kali oleh pihak Gestapo kepada Mayer. Akan tetapi, Mayer menolak mentah-mentah tawaran tersebut.

Pada 9 Juni 1937, Rupert Mayer memberikan penegasan secara tertulis kepada Gestapo "Saya menyatakan bawa saya tetap akan berkotbah seandainya saya dibebaskan dan meskipun saya mendapat larangan resmi untuk berkotbah…" (Gritschneder, 1987).

Karena tekadnya ini, pihak Gestapo akhirnya mengadili Mayer. Meskipun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan, Mayer dibebaskan pada Juli 1937.

Gestapo menangani Mayer dengan sangat hati-hati. Mayer adalah sosok yang sangat populer dan berpengaruh di kalangan umat Katolik di kota München.

Setelah keluar dari penjara, Mayer tetap mengkritisi ideologi NAZI di dalam kotbah-kotbahnya. Karena hal ini, Mayer kembali ditangkap oleh Gestapo pada 5 Januari 1938.

Selama kurang lebih empat bulan, Mayer mendekam di penjara sebelum dibebaskan pada 3 Mei 1938.

Meskipun dipenjara dua kali, nyali Mayer tetap tidak surut untuk melawan rezim NAZI. Kotbah-kotbahnya tetap menguliti kebobrokan ideologi NAZI.

Pada 3 November 1939, Mayer dijemput oleh Gestapo dan dijebloskan ke penjara lagi. Mayer kemudian dideportasi ke kamp konsentrasi Sachsenhausen.

Karena persoalan kesehatan, Gestapo mengirim Mayer ke biara Ettal untuk menjalani tahanan rumah. Sebagai tahanan rumah, Mayer diawasi dengan ketat oleh Gestapo dan tidak diperbolehkan untuk berkotbah. Selama lima tahun, Mayer menjalani tahanan rumah.

Pada Mei 1945, Mayer dibebaskan dari tahanan rumah setelah pihak Jerman menyerah kepada tentara sekutu.

Mayer kembali berkarya di kota München sebagai pendamping rohani Marianischen Männerkongregation.

Pada 1 November 1945, Mayer memimpin perayaan Ekaristi pagi. Ketika sedang berkotbah, tiba-tiba terjatuh. Mayer terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal beberapa saat kemudian.

Rupert Mayer dimakamkan di pemakaman Jesuit di Pullach. Pemakaman Mayer dihadiri oleh ribuan pelayat.

Karena keberaniannya menentang rezim NAZI, Mayer dikenang sebagai "Rasul dari München“. Pada 3 Mei 1987, Rupert Mayer diangkat sebagai Beato oleh Paus Johannes Paulus II. Setiap tanggal 3 November, Gereja Katolik di Jerman memperingati pesta nama Rupert Mayer SJ.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com