Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Seorang Jesuit Berjumpa dengan Hitler

Kompas.com - 05/11/2023, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut sejarawan Ian Kernshaw (1980), daya pikat atau pesona Hitler merupakan perpaduan antara rekayasa artistik dan juga kerinduan mesianistik politik dari bangsa Jerman kala itu.

Penentang rezim Hitler

Sejak 1916, Mayer berkarya di kota München. München adalah tempat kelahiran partai NSDAP. Pada 1921, Rupert Mayer diangkat sebagai pimpinan sekaligus pendamping Marianischen Männerkongregation (Kongregasi Maria kelompok pria).

Nyali Rupert Mayer dalam melawan ideologi NAZI tidak kendur sama sekali meskipun Hitler sudah menjadi penguasa politik Jerman sejak 1933.

Pada awal pemerintahan, Hitler berusaha menarik simpati dari kalangan umat Katolik. Hitler memanfaatkan isu ancaman Komunisme dan Liberalisme dengan menampilkan diri sabagai pelindung Gereja Katolik.

Pada 1933, Konkordat antara pemerintah Jerman dan pihak Vatikan berhasil disepakati. Hitler menjamin kebebasan dan eksistensi dari lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Gereja Katolik.

Setelah berkuasa, Hitler mulai melancarkan kampanye dan kebijakan antiagama. Gereja Katolik menjadi sasaran dari kampanye antiagama.

Rezim NAZI melarang orangtua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah Katolik. Karya-karya sosial Gereja Katolik juga menjadi sasaran kampanye antiagama.

Rupert Mayer menjadi salah satu garda terdepan dalam menghadapi propaganda rezim NAZI. Sang pastor ini memang memiliki nyali yang cukup besar.

Tanpa rasa takut, Rupert Mayer mendatangi forum-forum para pendukung NSDAP untuk beradu argumentasi.

Ketika itu, NSDAP bukan lagi partai lagi, tetapi sudah menjadi partai penguasa. Karena kenekatan ini, Rupert Mayer beberapa kali hampir menjadi sasaran amuk dari para pendukung NSDAP.

Selain itu, Rupert Mayer dengan tajam menyuarakan kritiknya terhadap ideologi NAZI dan rezim Hitler di mimbar Gereja. Rupert Mayer adalah seorang yang sangat populer di kalangan orang Katolik dan kotbahnya mampu memikat banyak orang.

Kenekatan Mayer ini mendapat perhatian khusus dari Gestapo (polisi rahasia). Mayer dianggap sebagai orang yang berbahaya karena dapat mendorong masyarakat untuk melawan rezim NAZI.

Pada 6 Mai 1936, Mayer dipanggil oleh Gestapo. Pihak Gestapo secara persuasif meminta Mayer untuk menghentikan kritikannya terhadap ideologi NAZI.

Sebuah ancamanpun dilayangkan kepada Mayer jika tidak menuruti kemauan Gestapo. Namun, Mayer tidak mengindahkan ancaman tersebut.

Satu tahun kemudian, Gestapo mengeluarkan surat larangan berbicara di depan umum di luar gedung Gereja pada April 1937.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com