Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka-teki Pembangunan Stonehenge, Situs Bersejarah di Inggris

Kompas.com - 12/10/2023, 20:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa kegiatan konstruksi terus berlanjut di Stonehenge hingga sekitar tahun 1600 SM, dengan penekanan khusus pada penyusunan ulang posisi batu biru berkali-kali.

Baca juga: Mengapa Orang Prasejarah Membangun Stonehenge?

Struktur batu raksasa Stonehenge

Batu-batu raksasa di Stonehenge, terutama sarsen, dengan berat lebih dari 40 ton dan tinggi mencapai 24 kaki, diperkirakan berasal dari tambang yang terletak 25 mil di utara Salisbury Plain. 

Batu-batu tersebut diangkut dengan menggunakan sled dan tali dan diperkirakan sudah tersebar di sekitar area tersebut ketika para arsitek Neolitik pertama kali memulai proyek monumental ini.

Sementara itu, batu biru yang lebih kecil dapat ditelusuri hingga Pegunungan Preseli di Wales sekitar 200 mil dari Stonehenge.

Penemuan ini telah menimbulkan pertanyaan bagaimana para pembangun kuno yang tidak dilengkapi dengan alat atau teknologi modern mampu mengangkut bongkahan batu seberat 4 ton sejauh itu.

Terdapat teori yang menjelaskan bahwa pembangunan Stonehenge diyakini dilakukan dengan sled dan rol dari batang pohon untuk memindahkan batu biru dari Pegunungan Preseli.

Batu-batu itu kemudian ditempatkan ke atas rakit dan diapungkan sepanjang pantai Wales, kemudian melalui Sungai Avon menuju Salisbury Plain atau ada kemungkinan mereka menarik setiap batu dengan armada kapal. 

Sejak tahun 1970-an, para ahli geologi ikut ambil bagian dalam perdebatan mengenai proses konstruksi Stonehenge.

Beberapa ilmuwan menantang konsep konvensional tentang para pembangun Neolitik yang bekerja keras mendorong, menarik, menggelindingkan, atau menarik batu-batu kasar tersebut dari jauhnya Wales.

Mereka mengusulkan bahwa glasier yang sebagian besar melakukan pekerjaan berat ini.

Sebab, bebatuan glasier, batu-batu besar yang diangkut oleh arus es, ditemukan di berbagai belahan dunia.

Teori ini menyatakan bahwa batu-batu raksasa Stonehenge diambil dari Pegunungan Preseli oleh glasier selama Zaman Es dan ditempatkan relatif dekat dengan Salisbury Plain.

Meski demikian, sebagian besar arkeolog tetap meragukan teori ini. Mereka mempertanyakan bagaimana alam bisa dengan tepat mengirimkan jumlah batu yang diperlukan untuk menyusun lingkaran monumental tersebut.

Baca juga: Apa Itu Stonehenge dan Siapa yang Membangunnya?

Mengapa Stonehenge dibangun?

Stonehenge diyakini digunakan sebagai permakaman, tetapi para ilmuwan juga menduga fungsi lainnya, seperti tempat upacara, tujuan ziarah keagamaan, atau monumen penghormatan terhadap leluhur.

Pada tahun 1960-an, astronom Gerald Hawkins memperkirakan bahwa batu-batu raksasa di Stonehenge berfungsi sebagai kalender astronomi, mencerminkan fenomena langit seperti solstis dan gerhana.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com