Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yasir Hadibroto, Kolonel AD yang Menembak DN Aidit

Kompas.com - 04/10/2023, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Yasir Hadibroto adalah mantan gubernur Lampung periode 1978-1988.

Namun, jauh sebelum diangkat sebagai gubernur Lampung, nama Yasir Hadibroto sudah lebih dulu dikenal pada era G30S atau Gerakan 30 September 1965.

Sebab, Kolonel Yasir Hadibroto adalah tokoh yang menembak mati DN Aidit, pemimpin terakhir Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca juga: DN Aidit, Pemimpin Terakhir PKI

Biografi singkat Yasir Hadibroto

Yasir Hadibroto lahir di Kroya, Cilacap, Jawa Tengah, pada 23 Oktober 1923.

Sejak era revolusi pada 1945 hingga 1949, Yasir Hadibroto sudah berkecimpung dalam bidang militer, mulai dari menjadi komandan pasukan campuran bekas Heiho, PETA, hingga KNIL.

Karena kinerjanya memuaskan, Yasir Hadibroto terus terpilih menjadi komandan setelah tahun 1950.

Sekitar tahun 1953, Yasir dipercaya menjadi salah satu komandan kompi pasukan Banteng Raider, yang terlibat dalam operasi penumpasan DI/TII di Tegal dan Brebes pada 1952-1954.

Lima tahun berselang, pada 1958, Yasir dipanggil oleh Kolonel Soeharto.

Yasir diperintah oleh Soeharto untuk membantu Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat Ahmad Yani dalam operasi PRRI di Sumatera Barat.

Yasir diminta untuk menyusun batalyon yang beranggotakan kader-kader baru dan lama.

Yasir bersama dengan Ahmad Yani pun berhasil menyelesaikan tugas mereka dengan baik, di mana pasukannya berhasil merebut kembali Padang dan Bukittinggi.

Setelah tugasnya selesai di Sumatera Barat, Yasir sempat menjadi komandan Batalyon Infanteri 454 di Srondol, Semarang, Jawa Tengah, selama satu tahun.

Menangkap DN Aidit

Pada malam pergantian tanggal 30 September 1965 ke 1 Oktober 1965, sebuah peristiwa tragis terjadi di Indonesia, yang disebut Peristiwa G30S.

G30S adalah peristiwa diculik dan dibunuhnya tujuh perwira TNI AD.

PKI pun dituding menjadi dalang di balik peristiwa mengenaskan ini.

Oleh sebab itu, pemimpin terakhir PKI, DN Aidit, menjadi target untuk ditangkap oleh pasukan TNI AD.

Salah satu tokoh yang diperintah untuk menumpas PKI adalah Yasir Hadibroto.

Yasir diperintah bertugas di Jawa Tengah menyusul Kolonel Sarwo Edhi Wibowo dan pasukan RPKAD.

DN Aidit sendiri yang merasa menjadi pihak tertuduh pun memutuskan pergi ke Jakarta menuju ke Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang menjadi basis PKI untuk bertemu dengan ketua PKI setempat.

Menurut catatan sejarah, DN Aidit berhasil ditangkap pada 22 November 1965 malam oleh Kolonel Yasir Hadibroto bersama pasukannya di Desa Sambeng, Solo, Jawa Tengah.

Disebutkan bahwa saat penangkapan dilakukan, Aidit tengah bersembunyi di dalam lemari.

Begitu dikeluarkan dari dalam lemari itu, Aidit berulang kali meminta untuk bertemu dengan Presiden Soekarno tetapi tidak diizinkan oleh Kolonel Yasir Hadibroto.

Akhirnya, pada keesokan pagi, Yasir membawa Aditi meninggalkan Solo menuju ke arah barat.

Mereka pergi menggunakan tiga buah mobil jip. Aidit yang diborgol dibawa menggunakan mobil jip pertama bersama dengan Yasir.

Saat tiba di Boyolali, tanpa sepengetahuan dua mobil jip lainnya, mobil jip yang ditumpangi Yasir dan Aidit tiba-tiba berbelok masuk ke Markas Batalion 444.

Lalu, Yasir bertanya dengan rekannya, yaitu Mayor Trisno, komandan batalyon, mengenai keberadaan sumur tua di sana.

Mayor Trisno kemudian mengatakan bahwa ada satu sumur tua di belakang rumahnya.

Tanpa berlama-lama, Yasir segera membawa Aidit ke sumur tua itu dan melepaskan tembakan kepada pemimpin PKI itu.

Namun, konon menurut catatan sejarah lain, Yasir Hadibroto menyatakan bahwa ia membunuh DN Aidit tanpa menerima perintah langsung dari Soeharto.

Meskipun dikatakan bahwa DN Aidit wafat karena ditembak di Boyolali, tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaan jasadnya sejak hari itu.

Baca juga: Operasi Penumpasan G30S

Diangkat menjadi Gubernur Lampung

Sepanjang tahun 1968 hingga 1971, Yasir Hadibroto menjabat sebagai Panglima Komando Tempur II Kostrad.

Lalu, sejak 1971 hingga 1973, yasir menjadi Panglima Kodam Bukit Barisan.

Setelahnya, ia menjabat sebagai Panglima Kodam VII/Diponegoro pada 1973 hingga 1977.

Seusai berkecimpung di bidang militer cukup lama, Yasir Hadibroto mulai merambah ke dunia politik.

Pada 1977 hingga 1978, Yasir dipercaya menduduki posisi sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Setahun setelahnya, pada1978, Yasir Hadibroto diangkat menjadi Gubernur Lampung periode 1978-1988.

Yasir Hadibroto meninggal dunia pada 6 Mei 2003 di Jakarta. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.

 

Referensi:

  • Raharjo, Handri. Irawan Jati. (2019). Mikul Dhuwur Mendhem Jero. Yogyakarta: Media Pressindo.
  • Roosa, John. (2008). Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto. Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com