Melansir NU Online, bangsa Arab telah memperingati hari kelahiran Rasulullah sejak abad kedua Hijriah.
Nuruddin Ali dalam kitab Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa, menyebut bahwa Khaizuran (170 H/786 M), datang ke Madinah dan memerintahkan penduduknya untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi di Masjid Nabawi.
Khaizuran juga memerintahkan rakyat Mekkah melakukan perayaan, tetapi di rumah masing-masing.
Baca juga: Sejarah Kodifikasi Al Quran pada Masa Nabi Muhammad
Khaizuran merupakan sosok berpengaruh pada masa Dinasti Abbasiyah, yang mampu menggerakkan masyarakat Muslim Arab agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi umat Islam.
Berbeda dengan pendapat tersebut, sejarawan Islam asal Mesir, Syekh Hasan as-Sandubi, mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Dinasti Fatimiyah (297-567 H).
Sedangkan Imam Suyuthi dalam kitabnya mengatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi adalah penguasa Irbil, yaitu Raja Mudzaffar Abu Said Kukburi bin Zainuddin Ali ibn Buktikin (549-630 H).
Raja Mudzaffar disebut sebagai salah seorang raja yang mulia, agung, dermawan, dan meneruskan pembangunan Masjid al-Mudhaffari di kaki Gunung Qasiyun.
Ibnu Katsir dalam kitabnya menyebutkan bahwa Raja Mudzaffar mengadakan Maulid Nabi dengan perayaan yang besar.
Riwayat lain mengatakan bahwa Salahuddin Al-Ayyubi (532-589 H), pendiri Dinasti Ayyubiyah, yang pertama kali merayakan Maulid Nabi.
Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Mendapat Gelar Al-Amin
Meski terdapat beragam versi mengenai pelopor perayaan Maulid Nabi Muhammad, yang pasti peringatan kelahiran Rasulullah masih dilakukan oleh mayoritas Muslim hingga kini.
Tujuan perayaan Maulid Nabi adalah untuk mengingat sejarah kelahiran Rasulullah dan meneladani akhlaknya untuk mendapat rahmat dari Allah.
Itulah mengapa memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi agenda tahunan bagi umat Islam.
Referensi: