Perestroika adalah upaya untuk mereformasi ekonomi Uni Soviet yang semakin melemah.
Sistem ekonomi sosialis yang sebelumnya telah mengalami stagnasi dan ketidakmampuan bersaing dengan negara-negara kapitalis.
Perestroika bertujuan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dengan memberikan lebih banyak otonomi kepada perusahaan dan industri.
Hal ini menjadi langkah besar menuju liberalisasi ekonomi yang sebelumnya hampir tidak ada dalam sistem Uni Soviet.
Di bawah Perestroika, sektor swasta lebih besar mulai tumbuh, dan pasar lebih terbuka.
Dengan begitu, perusahaan serta individu memiliki lebih banyak kendali atas sumber daya dan keputusan ekonomi mereka sendiri.
Namun, reformasi ini juga menghadapi tantangan serius, seperti inflasi yang meningkat dan ketidakstabilan harga.
Selama periode Perestroika, berbagai eksperimen dilakukan, termasuk pengenalan pasar bebas, kooperatif pertanian, koperasi industri kecil dan menengah, penarikan subsidi pemerintah, investasi asing, dan privatisasi sebagian perusahaan milik negara dengan tujuan mereformasi ekonomi Uni Soviet yang semakin melemah.
Namun, ternyata dampak perubahan ini tidak merata di seluruh negara bagian karena selama periode Perestroika terdapat beberapa wilayah di Uni Soviet yang menunjukkan adaptasi lebih cepat terhadap perubahan ekonomi.
Wilayah dengan adaptasi lebih cepat seperti di Republik Baltik, seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania, serta beberapa negara bagian Rusia yang lebih maju ekonominya, seperti Moskow dan Leningrad (sekarang Saint Petersburg).
Sementara itu, wilayah-wilayah di pedalaman Uni Soviet yang kurang maju dalam menghadapi perubahan tersebut mengalami tantangan ekonomi lebih besar.
Baca juga: Berakhirnya Perang Dingin, Ditandai Runtuhnya Uni Soviet pada 1991
Glasnost dan Perestroika memicu perubahan politik yang signifikan di Uni Soviet.
Munculnya kebebasan berbicara dan pers membantu membangkitkan semangat perlawanan terhadap pemerintah.
Masyarakat mulai terlibat dalam protes dan gerakan hak asasi manusia yang menentang tindakan represif pemerintah.
Selain itu, negara-negara bagian dalam Uni Soviet, seperti Lithuania, Estonia, dan Latvia, mulai menuntut kemerdekaan dan otonomi yang lebih besar.