Ketiga, mendiskusikan kemungkinan kesiapan dalam masalah keuangan sehingga dapat disepakati bersama, terutama beban utang yang mungkin dibawa oleh suami atau istri.
Keempat, menghitung biaya pesta pernikahan dengan menggunakan skala prioritas. Jangan memaksakan pesta pernikahan dengan cara memaksakan diri seperti berutang.
Hal ini akan lebih banyak mengundang mudharat dibandingkan manfaatnya, belum lagi ancaman masalah riba karena pinjamannya.
Kelima, mungkin saja dengan mengadakan pernikahan mewah walau berutang, pengantin dan keluarganya akan disanjung khalayak ramai. Namun, naik martabat di hadapan tamu, tapi menjadi hina di mata Allah karena ternyata orang yang bermartabat dan mulia adalah bukan dengan kekayaan dan kemewahannya tapi yang mulia adalah karena ketaqwaannya (QS. Al-Hujurat (49): 13).
Keenam, fase kehidupan pernikahan sebenarnya adalah pascaacara resepsi sehingga perlu ditekankan bagaimana menyiapkan diri dan pasangan terutama dalam masalah keuangan untuk tahapan kehidupan selanjutnya.
Ketujuh, jika terjadi selisih, selalu dibawa bermusyawarah, libatkan orang yang bijak untuk memberikan nasihat.
Bagaimana kalau cerai karena masalah ekonomi? Terlilit utang? Cekcok harta bersama?
Kasus ini paling tinggi sehingga perlu antisipasi. Salah satunya adalah melalui literasi perencanaan keuangan suami istri yang tepat dan sesuai syariah.
Salah satu topik dasar yang perlu untuk dipelajari adalah mengenai perencanaan keuangan. Caranya merencanakan apa yang menjadi impian atau kebutuhan, kemudian menyesuaikan dengan sumber pendapatan untuk dapat mewujudkan impian tersebut tanpa mengurangi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kenapa harus merencanakan keuangan?
Pertama, segala sesuatu dalam hidup kita harus direncanakan. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib RA bahwa “Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”
Kemudian, bukankah Rasulullah SAW juga menganjurkan kita untuk membuat perancangan, perencanaan, pengorganisasian, strategi dan manajemen dalam semua hal.
Rasulullah SAW juga merupakan pakar ‘perencana keuangan’ yang salah satu hasil perdagangannya adalah Rasul dapat mempersiapkan mahar kawin yang terbaik untuk istrinya, Ibunda Siti Khadiah RA (disebutkan 20 ekor bakrah, yaitu unta muda betina yang terbaik, ada yang menghitung bisa mencapai sekitar Rp 1 miliar).
Kedua, karena setiap keluarga tentunya mempunyai impian dan cita-cita. Impian itu bisa berupa memiliki rumah sendiri, memenuhi kebutuhan hidup yang layak, menyekolahkan anak sampai universitas-S3 atau naik haji.
Bisa juga didorong keinginan yang kuat untuk membayar zakat, berqurban, ber-aqiqah, sedikit liburan dan lain sebagainya.