KOMPAS.com – Arabika merupakan salah satu spesies kopi yang populer di dunia.
Jenis kopi ini telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, dengan lusinan varietas yang masing-masing punya cita rasa khas.
Sebelum mencapau kepopulerannya, arabika punya sejarah panjang, jauh sebelum era kolonialisme.
Baca juga: Sejarah Minuman Siap Minum, Memanfaatkan Sisi Kepraktisan
Mayoritas sejarawan berpendapat bahwa spesies kopi arabika pertama kali ditemukan di barat daya Ethiopia, dekat Yaman.
Pada mulanya, spesies arabika hanya dibudidayakan sebagai tanaman biasa. Kemudian oleh para petani dan peneliti dikembangkan menjadi bermacam varietas.
Sejak itu, spesies kopi arabika mulai dibudidayakan secara luas oleh masyarakatnya, termasuk ke Yaman.
Benih utama yang dikembangkan oleh para petani adalah varietas Bourbon dan Typica. Dua varietas inilah yang kemudian menjadi dasar penanaman kopi arabika modern.
Baca juga: Sejarah Wedang Uwuh, Minuman Raja untuk Semua Kasta
Pada tahun 1600 an, varietas Bourbon dan Typica telah meninggalkan Yaman dan tumbuh subur di wilayah-wilayah India.
Pada tahun 1690, benih arabika dari Yaman juga dibawa ke Indonesia oleh Belanda. Namun benih yang ditanam musnah setelah terjadinya gempa bumi.
Kegagalan Belanda kala itu tampaknya tidak menyurutkan ketertarikan Belanda membudidayakan arabika di Hindia Belanda. Mereka masih mencoba lagi.
Pada tahun 1699 dan 1699, Belanda mengambil benih dari Malabar, India, dan dibawa masuk melalui Batavia (Jakarta).
Namun, misi Belanda membawa bibit arabika pada fase kedua ini, tanpa varietas Bourbon, hanya varietas Typica. Varietas ini yang kemudian dikenal luas dengan nama arabika.
Baca juga: Sejarah Es Teh Manis di Dunia, Sudah Populer Sejak Abad ke 20
Titik perkembangan kopi arabika ke berbagai belahan dunia bermula dari Hindia Belanda.
Tentunya hal ini sedikit bertolak belakang dengan teori umum yang mengatakan bahwasannya perkembangan kopi Arabika bermula dari Yaman.