Mereka diberi tugas untuk mengamankan kawasan-kawasan di Bengkulu, misalnya di Curup dan Padang Ulak Tanding, di bawah tanggung jawab kompi yang dikepalai Z. Arifin Jamil.
Kegesitan para barisan perjuangan ini juga diiringi dengan loyalitas kaum mudanya yang banyak secara sukarela menggabungkan diri ke PKR.
Semakin banyak orang yang bergabung dengan PKR, secara resmi organisasi ini di Bengkulu berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Baca juga: Tentara Keamanan Rakyat: Pembentukan dan Pergantian Nama
Belum berganti tahun kemerdekaan, pasukan TKR di Bengkulu telah dihadapkan pada sebuah ancaman yang menguji tekad merdeka mereka.
Pada 10 September, Jepang mengeluarkan maklumat yang berisi bahwa mereka masih memiliki kuasa atas tatanan di Bengkulu.
Maklumat itu menguatkan lagi para tentang Jepang yang masih tersisa di Bengkulu untuk berpatroli dengan senapan lengkap mengamati pergerakan pribumi.
Meskipun Jepang telah menyerah, bukan berarti mereka akan begitu saja meletakkan kekuasaan.
Jepang juga memasang poster Ratu Meyer yang menjadi simbol besar penjajahan di Bengkulu pada lokasi yang amat strategis, yakni di Lobi Hotel Centrum.
Tekad pasukan muda TKR benar-benar diuji. Di sisi lain, mereka belum punya pengalaman, sedangkan pemasangan poster dapat menimbulkan sikap pesimistis masyarakat Bengkulu.
Baca juga: Revolusi: Pengertian, Penyebab, dan Contohnya
Pada suatu malam, secara diam-diam, pasukan TKR menurunkan poster dan merusaknya kemudian dihamburkan di tengah jalan agar dapat dilihat oleh masyarakat Bengkulu sebagai tanda tekad merdeka.
Ketegangan ini berlanjut hingga berlangsungnya berbagai perang dan pertempuran. Salah satu pertempuran terjadi pada malam tanggal 23 November 1945 di Kampung Pendiunan.
Dalam pertempuran itu, Mayor Santoso, pimpinan perang kala itu, berbekal pedang dapat membunuh seorang pengawal Jepang, tetapi ia gugur setelah mendapat tembakan beruntun.
Peristiwa itu merupakan bagian kecil dari perjuangan masyarakat Bengkulu dalam perang revolusi guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Revolusi Indonesia: Latar Belakang, Diplomasi, Konflik, dan Dampak
Referensi: