Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peran Masyarakat Bengkulu pada Masa Revolusi Kemerdekaan

Berbagai elemen masyarakat Bengkulu menyambut berita proklamasi dengan penuh kegembiraan dan kobaran api semangat kemerdekaan yang telah lama diimpikan.

Secepat mungkin masyarakat Bengkulu membentuk barisan-barisan bersenjata dengan tujuan memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan.

Masyarakat Bengkulu, khususnya yang memiliki pandangan luas, menyadari betul bahwa Indonesia masih berada di bawah bayang-bayang penjajah.

Sebab, di Bengkulu, masih terdapat kelompok masyarakat yang menolak berita kemerdekaan serta menentang pengibaran bendera merah putih.

Kondisi itu menimbulkan ketegangan antara masyarakat yang pro dan menolak kemerdekaan.

Oleh karena itu, secara cepat berdiri berbagai kelompok perjuangan di Bengkulu, baik dari kalangan pelajar, petani, pegawai, serta mantan regu Heiho dan Gyugun, untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin terjadi.

Gerak cepat bentuk pasukan

Pada 7 September 1945, mantan perwira Heiho dan Gyugun mengadakan pertemuan dengan mantan pasukan lainnya di sebuah rumah dekat Masjid Jami’ Bengkulu.

Pertemuan tersebut menghasilkan tiga poin penting, yaitu pembentukan barisan bersenjata, bergerak cepat dan tepat, serta mengadakan temuan susulan lebih besar.

Kemudian, diadakan pertemuan kembali pada 10 September 1945 di rumah Nawawi Manaf di Jalan Pintu Batu, dengan komposisi yang lebih lengkap dan besar.

Hasil dari pertemuan ini menghasilkan sebuah organisasi perjuangan bernama Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang diketuai oleh Nawawi Manaf.

Pada tanggal sama, di Curup, juga berdiri sebuah organisasi perjuangan bernama Barisan Perjuangan Republik Indonesia yang diketuai oleh Nur Arifin.

Pembentukan organisasi lainnya disusul di berbagai tempat, seperti di Kepahiang yang dipimpin oleh mantan pesirah Pagaralam, M. Yunus.

Di Lebong, ada organisasi yang digerakkan oleh Usman Ma'ruf, di Tais ada Hussein, di Muara Aman dipimpin oleh A. Razik dan koleganya, di perkebunan Kabawetan ada M. Arif dan kawan-kawan, serta sebagainya.

Berbagai barisan perjuangan ini nantinya berkembang lebih besar menjadi pasukan yang lebih terorganisasi di bawah nama Penjaga Keamanan Rakyat (PKR).

Mereka diberi tugas untuk mengamankan kawasan-kawasan di Bengkulu, misalnya di Curup dan Padang Ulak Tanding, di bawah tanggung jawab kompi yang dikepalai Z. Arifin Jamil.

Kegesitan para barisan perjuangan ini juga diiringi dengan loyalitas kaum mudanya yang banyak secara sukarela menggabungkan diri ke PKR.

Semakin banyak orang yang bergabung dengan PKR, secara resmi organisasi ini di Bengkulu berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Konflik dan pertempuran

Belum berganti tahun kemerdekaan, pasukan TKR di Bengkulu telah dihadapkan pada sebuah ancaman yang menguji tekad merdeka mereka.

Pada 10 September, Jepang mengeluarkan maklumat yang berisi bahwa mereka masih memiliki kuasa atas tatanan di Bengkulu.

Maklumat itu menguatkan lagi para tentang Jepang yang masih tersisa di Bengkulu untuk berpatroli dengan senapan lengkap mengamati pergerakan pribumi.

Meskipun Jepang telah menyerah, bukan berarti mereka akan begitu saja meletakkan kekuasaan.

Jepang juga memasang poster Ratu Meyer yang menjadi simbol besar penjajahan di Bengkulu  pada lokasi yang amat strategis, yakni di Lobi Hotel Centrum.

Tekad pasukan muda TKR benar-benar diuji. Di sisi lain, mereka belum punya pengalaman, sedangkan pemasangan poster dapat menimbulkan sikap pesimistis masyarakat Bengkulu.

Pada suatu malam, secara diam-diam, pasukan TKR menurunkan poster dan merusaknya kemudian dihamburkan di tengah jalan agar dapat dilihat oleh masyarakat Bengkulu sebagai tanda tekad merdeka.

Ketegangan ini berlanjut hingga berlangsungnya berbagai perang dan pertempuran. Salah satu pertempuran terjadi pada malam tanggal 23 November 1945 di Kampung Pendiunan.

Dalam pertempuran itu, Mayor Santoso, pimpinan perang kala itu, berbekal pedang dapat membunuh seorang pengawal Jepang, tetapi ia gugur setelah mendapat tembakan beruntun.

Peristiwa itu merupakan bagian kecil dari perjuangan masyarakat Bengkulu dalam perang revolusi guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Referensi:

  • Reno, dkk. (2012). Bungai Rampai Sejarah Bengkulu: Bengkulu dari Masa Kolonial Hingga Era Otonomi Daerah. Padang: BPSNT Padang Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/08/090000179/peran-masyarakat-bengkulu-pada-masa-revolusi-kemerdekaan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke