Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Sandal Bakiak

Kompas.com - 04/04/2023, 11:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bakiak merupakan jenis alas kaki yang terbuat dari kayu berbentuk seperti sandal japit dan selop sederhana.

Bakiak telah menjadi bagian dari budaya di Indonesia sejak ratusan tahun lalu yang digunakan sebagai alternatif alas kaki.

Namun, bakiak tidak menjadi alas kaki semata, sandal ini juga keap digunakan masyarakat indonesia sebagai ajang lomba yang meriah.

Bagi orang-orang Melayu, bakiak disebut pula dengan terompah.

Di Sunda, sandal ini disebut dengan keletek, sedangan sebagian orang Jawa menyebutnya bangkiak, klompen, teklek, dan sebagainya.

Meski identik dengan alas masyarakat pesantren, bukan berarti hanya kalangan Islam yang mengenakan bakiak.

Bakiak pada mulanya digunakan oleh semua golongan agama, sehingga sandal ini juga dapat disebut sebagai simbol kesetaraan.

Meskipun sangat membudaya di Indonesia sejak masa silam, bakiak ternyata merupakan hasil akulturasi budaya bila dilihat dari jejak sejarahnya.

Baca juga: Riwayat Mukena, dari Khazanah Budaya Indonesia

Sejarah Bakiak

Pada masa klasik atau sebelum modern, tentunya teknologi belum banyak dikembangkan meskipun telah ditemukan, termasuk dalam pembuatan alas kaki.

Pada masa klasik, belum banyak inovasi mengenai alas kaki, sebagaimana yang ditemui pada masa modern sekarang ini.

Oleh karena itu, kesederhanaan adalah ciri khas dari tren pembuatan kaus kaki pada masa lalu.

Keterbatasan teknologi dan kecakapan dalam mengelola lingkungan merupakan awal mula munculnya inovasi sandal berbahan kayu yang sederhana.

Namun, inovasi mengenai sandal bakiak, menurut beberapa catatan, telah digunakan sejak masa Dinasti Han.

Masyarakat Dinasti Han telah menggunakan bakiak sejak 2 abad sebelum Masehi, khususnya bagi kalangan bangsawan perempuan.

Orang-orang Dinasti Han menggunakan sandal dari kayu atau bakiak yang memiliki corak gambar atau lukisan.

Namun, di Indonesia, bakiak hadir dengan tampilan tanpa adanya lukisa.

Dilihat dari segi nama, kata Bakiak yang digunakan oleh orang Indonesia juga berasal dari kosa kata bahasa Hokkian.

Orang-orang Hokkian menyebut alas kaki tersebut dengan “bak-kia”, yang berarti semacam alas kaki.

Baca juga: Balap Bakiak, Olahraga Tradisional Pengasah Kerja Sama Tim dan Ketangkasan

Dalam perkembangannya, penyebaran bakiak atau bak-kia mulai sampai ke berbagai daerah-daerah lain di luar Hokkian, termasuk Indonesia.

Belum diketahui secara pasti kapan bakiak masuk ke Indonesia, tetapi kemungkinan sandal ini mulai dikenal masyarakat Nusantara pada abad ke-8 Masehi.

Penyebaran bakiak di Nusantara diperkirakan berkaitan dengan aktivitas mobilisasi orang-orang Tiongkok.

Hal ini diperkuat dengan status atau kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga mudah dijangkau melalui jalur laut.

Selain itu, aktivitas perdagangan yang berlangsung di Indonesia memang menjadi jalur masuknya budaya asing.

Tidak hanya di Indonesia, bakiak juga menyebar ke negara-negara lainnya, seperti Filipina yang oleh masyarakatnya disebut dengan bakya.

Bakiak, baik dari segi bentuk maupun nama, juga menyebar ke daerah-daerah tetangga Tiongkok, seperti di Jepang dan Semenanjung Korea.

Hal menarik lainnya dari bakiak adalah ditemukannya sebuah arca di Blitar, Jawa timur, yang terlihat mengenakan alas kaki menyerupai bakiak.

Arca itu menandakan bahwa budaya bakiak telah melekat dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Nusantara pada masa lampau.

Baca juga: Permainan Bakiak Asal Sumatera Barat: Cara Bermain dan Tujuan

Referensi:

Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama R. 2018. Ensiklopedia Islam Nusantara Edisi Budaya. Jakarta Pusat: Kemenag RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com