KOMPAS.com - Pada tahun 1781, terjadi sebuah perlawanan dari Sultan Nuku, sultan dari Kesultanan Tidore terhadap Belanda.
Alasan Sultan Nuku melakukan perlawanan terhadap Belanda karena ia merasa tidak senang dengan intervensi yang dilakukan oleh VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda) dalam mengangkat calon penerus Kerajaan Tidore.
Sejak saat itu, Nuku terus melancarkan perlawanan terhadap Belanda hingga akhir hayatnya.
Untuk menghargai jasa-jasanya, Sultan Nuku dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 7 Agustus 1995.
Baca juga: Nuku Muhammad Amiruddin: Masa Muda, Perjuangan, dan Pertempuran
Latar belakang
Terjadinya Perjuangan Nuku diawali dengan peristiwa penangkapan Sultan Jamaluddin, pemimpin Kesultanan Tidore pada 1779 silam.
Pasalnya, pada masa itu, Belanda ingin membentuk kerja sama dan mendirikan kantor dagang di Tidore, tetapi tidak diperbolehkan.
Akibatnya, Sultan Jamaluddin pun ditangkap dan diasingkan oleh Belanda ke Batavia (Jakarta).
Dengan diasingkannya Sultan Jamaluddin ke Batavia, maka Kerajaan Tidore membutuhkan seorang pemimpin baru.
Berdasarkan dari tradisi Kerajaan Tidore, pengangkatan raja baru sudah seharusnya berdasarkan dari silsilah.
Maka dari itu, yang berhak menggantikan posisi Sultan Jamaluddin adalah putranya, Nuku. Akan tetapi, Belanda ternyata tidak setuju Nuku diangkat sebagai pemimpin Kerajaan Tidore.
Belanda kemudian mengangkat Sultan Kamaluddin, adik Nuku, sebagai pewaris takhta Kerajaan Tidore.
Intervensi yang dilakukan VOC dalam penggantian Sultan Tidore pun membuat Sultan Nuku geram.
Alhasil, Sultan Nuku memutuskan untuk berjuang melawan Belanda.
Baca juga: Mengapa Nuku Melancarkan Perlawanan terhadap Belanda?
Nuku dinobatkan sebagai Sultan Tidore pada 13 April 1779.