JAKARTA, KOMPAS.com - Masker penutup mulut dan hidung menjadi kebiasaan penggunaan baru lantaran nyaris sekitar 2,5 tahun, pandemi Covid-19 melanda.
Masker penutup mulut dan hidung, tulis sumber literatur laman indonesiabaik.id bukanlah barang baru.
Lintasan sejarah menunjukkan bahwa pada abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), ada temuan gambar manusia memakai kain.
Urutan gambar pada peninggalan-peninggalan literatur itu menunjukkan bahwa manusia pemakai kain adalah pelayan.
Para pelayan menutup mulut dan hidung mereka dengan kain sutera.
Ada kepentingan penggunaan kain itu sebagai masker penutup mulut dan hidung.
Penggunaan kain sutra penutup mulut dan hidung agar tak memengaruhi bau dan rasa makanan.
Baca juga: Korea Selatan Longgarkan Aturan Masker di Luar Ruangan
Black Death
Pada abad ke-14, wabah Black Death melanda Eropa.
Pada masa itu, fungsi masker penutup mulut dan hidung mengemuka untuk menghindari diri dari penularan.
Bentuk masker penutup mulut dan hidung kala penyakit Black Death menjalar ke Eropa nyaris seperti topeng yang menutup seluruh wajah.
Barang bukti masker penutup mulut dan hidung yang ditemukan para pakar arkeologi di Eropa adalah sebentuk masker asal abad 17 Sesudah Masehi.
Masker penutup mulut dan hidung itu berbentuk seperti burung.
Debu
Desain dan fungsi masker penutup mulut dan hidung berkembang juga pada abad ke-19.