Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Lengger: Sejarah, Ciri Khas, Gerakan, dan Pementasan

Kompas.com - 26/08/2022, 10:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Pada mulanya, tarian ini mengisahkan tentang kisah asmara Putri Sekar Taji dan Panji Asmara Bangun.

Namun, pada perkembangannya, tarian ini turut membawakan kisah-kisah lain yang sesuai dengan kondisi masyarakat.

Ciri lainnya adalah adanya beberapa babak dalam pementasan, yang memiliki makna tersendiri.

Tari lengger biasa dipentaskan di arena terbuka dan pada malam hari.

Sebelum pementasan, tari lengger diawali dengan karawitan gending Patalon sebagai tanda dimulainya acara.

Kemudian, tarian ini disusul dengan tembang Babadono, yang diiringi dengan ritual sesaji untuk menolak bala.

Gerakan Tari Lengger

Gerakan dalam tarian tradisional lengger ini beragam dan memiliki makna tersendiri.

Salah satunya adalah majeg yang memiliki makna kemantapan dalam melakukan gerakan.

Lalu eloga yang melambangkan keerotisan wanita. Ada juga lembehan yang melambangkan sikap pasrah kepada Tuhan.

Kemudian, ada gerak untal tali yang melambangkan pertentangan baik dan buruk serta kapitan yang melambangkan kewaspadaan.

Berikutnya, ada gerak penthangan yang melambangkan penyatuan tujuan. Ada juga gerak seblak sampur yang melambangkan menghalau unsur negatif.

Pementasan

Seni pertunjukan tari lengger akan diawali dengan pertunjukan kuda kepang yang dibawakan oleh empat hingga 10 penari laki-laki.

Setelah itu, ada penyajian gending atau lagu tolak bala, yakni gending Panggeran dan Lempung Gunung.

Kemudian, tokoh yang dituakan akan membakar kemenyan yang disusul gambyong lengger yang ditarikan oleh dua hingga enam penari perempuan.

Baca juga: Pengertian Tari Rakyat

Setelah pertunjukan itu selesai, akan masuk pada inti acara pementasan tari lengger, yakni lenggeran.

Lenggeran akan diiringi oleh 20 gending dan menjadi puncak pementasan dengan masuknya penari lengger laki-laki dan perempuan.

Adapun gending yang mengiringi adalah Gending Sulasih, Kinayakan, Sontoloyo, Menyan Putih, Kebogiro, Gondhang Keli, hingga Jangkrik Genggong.

Para penari akan dirias berdasarkan karakter pada kisah yang dibawakan. Selain itu, penari akan menggunakan topeng sehingga tarian ini disebut juga tari topeng lengger.

 

Referensi:

  • Dukut, Ekawati Marhaenny. (2020). Kebudayaan, Ideologi, Revitalisasi, dan Digitalisasi Seni Pertunjukan Jawa dalam Gawai. Semarang: Unika Soegijapranata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com