KOMPAS.com - Perang Aceh melawan Belanda meletus pada 1873 dan baru dapat diakhiri pada 1904.
Penyebab perlawanan rakyat Aceh adalah karena ambisi Belanda yang ingin menguasai seluruh wilayah Nusantara.
Selama tiga dekade pertempuran, tercatat setidaknya ada tujuh tokoh Perang Aceh, yaitu:
Para pejuang Aceh tersebut menerapkan strategi perang untuk bisa menghalau kekuatan Belanda.
Lantas, taktik perang apa yang digunakan para pahlawan Aceh melawan Belanda?
Baca juga: Sebab Khusus Terjadinya Perang Aceh
Perang Aceh yang dipimpin oleh para pahlawan menggunakan taktik perang gerilya.
Perang gerilya adalah taktik yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, cepat, dan lewat sabotase.
Menurut sejarah, taktik ini dianggap sangat membantu para pejuang untuk menyerang musuh yang memiliki pasukan yang banyak.
Dengan taktik gerilya, musuh dipercaya akan kalang kabut dan kehilangan arah. Sebab, taktik ini dilakukan dengan cara menipu, mengelabui, dan menyerang secara tiba-tiba dengan mengendalikan kecepatan, sehingga musuh tidak memiliki kesempatan untuk membalas.
Dalam Perang Aceh, taktik perang gerilya dilakukan mulai 1881 dan terus berlanjut hingga 1903.
Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Pada 1881, pasukan Aceh dipimpin oleh Teuku Umar bersama dengan Panglima Polim dan Sultan melawan Belanda dengan cara bergerilya.
Teuku Umar pada saat itu berpura-pura bekerja sama dengan Belanda agar bisa mendapatkan senjata mereka.
Sementara itu, pada 1883, Gubernur Hindia Belanda Van Teijn juga melakukan hal yang sama, yakni berusaha memanfaatkan Teuku Umar untuk bisa mendapat simpati dari rakyat Aceh.
Sewaktu Teuku Umar berpura-pura bekerja sama dengan Belanda, ia berhasil menundukkan pos-pos pertahanan Belanda di Aceh.
Teuku Umar terus berpura-pura demi mendapat peran yang jauh lebih besar di hati Belanda.