Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Taktik Perang yang Digunakan Pejuang Aceh dalam Melawan Belanda?

Kompas.com - 03/02/2022, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Perang Aceh melawan Belanda meletus pada 1873 dan baru dapat diakhiri pada 1904.

Penyebab perlawanan rakyat Aceh adalah karena ambisi Belanda yang ingin menguasai seluruh wilayah Nusantara.

Selama tiga dekade pertempuran, tercatat setidaknya ada tujuh tokoh Perang Aceh, yaitu:

  • Sultan Mahmud Syah
  • Sultan Muhammad Daud Syah
  • Panglima Polem
  • Teungku Cik di Tiro
  • Teuku Umar
  • Cut Nyak Dien
  • Cut Meutia

Para pejuang Aceh tersebut menerapkan strategi perang untuk bisa menghalau kekuatan Belanda.

Lantas, taktik perang apa yang digunakan para pahlawan Aceh melawan Belanda?

Baca juga: Sebab Khusus Terjadinya Perang Aceh

Taktik perang gerilya

Perang Aceh yang dipimpin oleh para pahlawan menggunakan taktik perang gerilya.

Perang gerilya adalah taktik yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, cepat, dan lewat sabotase.

Menurut sejarah, taktik ini dianggap sangat membantu para pejuang untuk menyerang musuh yang memiliki pasukan yang banyak.

Dengan taktik gerilya, musuh dipercaya akan kalang kabut dan kehilangan arah. Sebab, taktik ini dilakukan dengan cara menipu, mengelabui, dan menyerang secara tiba-tiba dengan mengendalikan kecepatan, sehingga musuh tidak memiliki kesempatan untuk membalas.

1881-1896

Dalam Perang Aceh, taktik perang gerilya dilakukan mulai 1881 dan terus berlanjut hingga 1903.

Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Perang Aceh 1873 yang terjadi setelah ditandatanganinya perjanjian atau Traktat Sumatera 1871tribunnewswiki.com Perang Aceh 1873 yang terjadi setelah ditandatanganinya perjanjian atau Traktat Sumatera 1871

Pada 1881, pasukan Aceh dipimpin oleh Teuku Umar bersama dengan Panglima Polim dan Sultan melawan Belanda dengan cara bergerilya.

Teuku Umar pada saat itu berpura-pura bekerja sama dengan Belanda agar bisa mendapatkan senjata mereka.

Sementara itu, pada 1883, Gubernur Hindia Belanda Van Teijn juga melakukan hal yang sama, yakni berusaha memanfaatkan Teuku Umar untuk bisa mendapat simpati dari rakyat Aceh.

Sewaktu Teuku Umar berpura-pura bekerja sama dengan Belanda, ia berhasil menundukkan pos-pos pertahanan Belanda di Aceh.

Teuku Umar terus berpura-pura demi mendapat peran yang jauh lebih besar di hati Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com