Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perayaan Tahun Baru Masehi

Kompas.com - 31/12/2021, 11:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pergantian tahun selalu dirayakan dengan suka cita oleh semua orang di seluruh dunia.

Biasanya, pergantian tahun Masehi yang berlangsung dari tanggal 31 Desember hingga 1 Januari dirayakan dengan pesta meriah, membuat resolusi, dan lain sebagainya.

Lalu, bagaimana sejarah perayaan tahun baru Masehi bermula?

Dipelopori oleh masyarakat Mesopotamia

Perayaan pergantian tahun atau tahun baru telah dilakukan oleh masyarakat Mesopotamia pada sekitar 2000 SM.

Mereka merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas katulistiwa, yang sekarang bertepatan pada tanggal 20 Maret.

Perayaan tradisional seperti itu disebut Nowruz, yang sampai saat ini masih dilakukan di beberapa negara Timur Tengah.

Setelah itu, peradaban di seluruh dunia juga tercatat merayakan tahun baru yang didasari oleh berbeda peristiwa.

Misalnya di China, tahun baru ditandai ketika terjadi bulan baru kedua setelah titik balik matahari pada musim dingin.

Baca juga: Sejarah Penggabungan Tahun Jawa dan Islam

Perayaan tahun baru pada 1 Januari

Perayaan tahun baru pada 1 Januari pertama kali dilakukan pada 46 SM, pada masa kekuasaan diktator Republik Romawi, Julius Caesar.

Kala itu, Julius Caesar mengganti penanggalan Romawi yang terdiri dari 10 bulan (304 hari), yang dibuat oleh Romulus pada abad ke-8 SM.

Dalam mendesain kalender baru, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi asal Alexandria, Mesir.

Sosigenes menyarankan agar penanggalan baru dibuat berdasarkan revolusi matahari, seperti yang dilakukan orang Mesir kuno.

Setelah itu, 1 Januari resmi ditetapkan sebagai hari pertama tahun, di mana satu tahun terdiri atas 365 seperempat hari.

Baca juga: Dugderan, Tradisi Sambut Ramadan di Semarang

Nama Januari diambil dari nama dewa dalam mitologi Romawi, yaitu Dewa Janus, yang memiliki dua wajah yang menghadap ke depan dan ke belakang.

Masyarakat Romawi meyakini bahwa Dewa Janus adalah dewa permulaan sekaligus dewa penjaga pintu masuk.

Julius Caesar juga setuju untuk menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM, sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.

Untuk menghormati Dewa Janus, maka orang-orang Romawi mengadakan perayaan setiap tanggal 31 Desember tengah malam untuk menyambut 1 Januari.

Selain itu, Julius Caesar memerintahkan setiap empat tahun sekali, satu hari ditambahkan pada bulan Februari.

Penanggalan ini kemudian dikenal dengan nama Kalender Julian, diambil dari nama Julius Caesar.

Baca juga: Sekaten: Asal Usul, Prosesi, Tradisi, dan Pantangan

Perayaan tahun baru Masehi

Saat Kalender Julian pertama kali diterapkan, memang belum memasuki tahun Masehi.

Tahun Masehi baru dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret, yang mulai diadopsi di Eropa Barat pada sekitar abad ke-8.

Dalam perkembangannya, Kalender Julian dimodifikasi sedemikian rupa menjadi Kalender Gregorian.

Kalender Gregorian yang dicetuskan oleh Dr. Aloysius Lilius disetujui oleh pemimpin tertinggi umat Katolik di Vatikan, Paus Gregory XIII pada 1582.

Sistem Kalender Gregorius inilah yang kemudian ditetapkan negara-negara di seluruh dunia.

Sejak saat itu, setiap tanggal 31 Desember malam dilakukan perayaan pergantian tahun yang semakin meriah di seluruh belahan dunia.

Namun, sebagian tokoh Muslim berpendapat, perayaan tahun baru Masehi menurut pandangan Islam tidak diperbolehkan.

Sementara dalam pandangan ulama lain, perayaan tahun baru bisa dirayakan dengan batas wajar dan sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan.

 

Referensi:

  • Ismail, Faisal. (2017). Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M). Yogyakarta: IRCiSoD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com