Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Asal-usul Nama Sragen

Kompas.com - 18/12/2021, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sragen adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang dikenal dengan sebutan Bumi Sukowati.

Konon, nama Sukowati sudah ada sejak masa pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno, tepatnya pada abad ke-7.

Sedangkan asal-usul nama Sragen sendiri berasal dari kata pasrah dan legen (fermentasi sari gula kelapa), yang disematkan oleh Pangeran Sukowati.

Sejarah Sragen

Periode Kerajaan Mataram Kuno

Sejarah Kabupaten Sragen, yang dijuluki Bumi Sukowati, dapat ditelusuri dari abad ke-8, ketika Kerajaan Mataram Kuno berdiri.

Ketika Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Panangkaran, raja bawahannya yang bernama Rakai Walaning Pukumbayoni menyingkir ke sebuah daerah akibat terjadi peperangan.

Daerah tersebut dinamakan Sukowati. Oleh karena itu, Rakai Walaning Pukumbayoni dianggap sebagai cikal bakal Bumi Sukowati.

Baca juga: Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno yang Membangun Candi Prambanan

Periode Kerajaan Mataram Islam

Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan tanggal 27 Mei 1746. Berdasarkan sejarah, tahun itu merupakan momen penting di mana Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) menancapkan tonggak perlawanan terhadap Belanda.

Pangeran Mangkubumi adalah adik dari Sunan Pakubuwono II yang sangat membenci Belanda, terutama setelah pengaruhnya mengganggu pemerintahan Kerajaan Mataram Islam.

Oleh sebab itu, Pangeran Mangkubumi mengibarkan bendera perang terhadap Belanda. Dalam perlawanannya, ia bersama pasukannya bergerak melewati Desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, dan Guyang.

Setelah itu, Pangeran Mangkubumi melanjutkan perjalannya ke Desa Pandak, yang masuk ke dalam Bumi Sukowati.

Sesampainya di lokasi tersebut, ia mendirikan sebuah pemerintahan bagi Projo Sukowati dan meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati.

Baca juga: Sri Sultan Hamengkubuwono I, Pendiri Kesultanan Yogyakarta

Sayangnya, karena lokasinya berada di tepi jalan lintas tentara Kompeni Surakarta, maka tempat ini dianggap kurang aman. Sehingga pada 1746, pusat pemerintahan dipindahkan ke Desa Gebang.

Sejak saat itu, Pangeran Sukowati pun memperluas daerah kekuasaannya dan terus melakukan perlawanan terhadap kompeni Belanda.

Pada akhirnya, pertempuran diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada 1755, yang membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi dua.

Pangeran Sukowati atau Pangeran Mangkubumi mendapatkan bagian untuk memerintah Kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com