Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagindo Azizchan: Peran, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 29/07/2021, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagindo Azizchan adalah pemimpin revolusioner asal Padang, Sumatra Barat.

Ia memiliki sikap yang pemberani, konsisten dalam bertindak, dan tidak gentar menghadapi musuh. 

Setelah kemerdekaan, ia ditunjuk sebagai wali kota Padang.

Baca juga: KH Ahmad Rifai: Kiprah dan Karyanya 

Masa Muda

Bagindo Azizchan lahir di Kampung Alang Laweh, Padang, 30 September 1910. 

Ia mengawali pendidikannya di HIS Padang. 

Setelah selesai di HIS , Bagindo melanjutkan sekolahnya di MULO Surabaya dan AMS di Batavia. 

Setamatnya dari AMS, ia dua tahun duduk di RHS atau perguruan tinggi hukum di Batavia. 

Ia sempat membuka praktik pengacara dan aktif di beberapa organisasi.

Bagindo menjadi anggota pengurus Jong Islamieten Bond di bawah pimpinan Agus Salim. 

Pada 1935, Bagindo kembali ke kampung halamannya. 

Ia turut aktif dalam Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) sampai organisasi ini dibubarkan pada 1937. 

Pasca kemerdekaan, Bagindo ditunjuk menjadi Wakil Wali Kota Padang pada 24 Januari 1946.

Kemudian, pada 15 Agustus 1946, ia dipercaya dan dilantik menjadi Wali Kota Padang menggantikan Mr. Abubakar Jaar. 

Baca juga: Raden Pandji Soeroso: Masa Muda, Peran, dan Kiprah

Perjuangan

Pada 10 Oktober 1945, pasca kedatangan Sekutu di Padang, Bagindo menolak untuk tunduk terhadap kekuatan militer Belanda. 

Ia terus memberikan perlawanan dengan menerbitkan surat kabar perjuangan yang bernama Republik Indonesia Jaya. 

Bahkan, Bagindo langsung memimpin perlawanan terhadap Belanda tersebut. 

Setelah ia dilantik menjadi Wali Kota Padang, ia berkunjung ke markas besar Sekutu. 

Bagindo mengadakan perundingan dan memutuskan setuju untuk bekerja sama menanggulangi keamanan di Kota Padang. 

Aksi lain yang dilakukannya untuk menjaga keamanan Kota Padang adalah menandatangani naskah Linggarjati pada 25 Maret 1947. 

Namun, setelah penandatanganan tersebut situasi justru semakin gawat. Belanda mau menang sendiri. 

Baca juga: Nuku Muhammad Amiruddin: Masa Muda, Perjuangan, dan Pertempuran

Akhir Hidup

Bagindo Azizchan wafat pada 19 Juli 1947. 

Menurut hasil visum di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo, Ganting, ia meninggal karena terkena benda tumpul dan ada tiga bekas tembakan di wajahnya. 

Untuk menghormati jasa dan pengorbanannya, nama Bagindo diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota di Padang dan Bukittinggi. 

Melalui SK Presiden RI No. 082/TK/2005, 9 November 2005, ia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. 

Pada 7 November 2005, Bagindo menerima Bintang Mahaputera Adipradana. 

Referensi: 

  • Fatimah, Siti. Emizal Amri. Yasrina Ayu. (2010). Pahlawan Nasional dari Kota Padang. Mestika Zed. hal 111-114. 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com