Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekaisaran Rusia: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Keruntuhan

Kompas.com - 08/07/2021, 11:45 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Kekaisaran Rusia juga memainkan peran penting pada 1812–1814 dalam mengalahkan ambisi Napoleon Bonaparte untuk mengendalikan Eropa.

Penerus Pyotr I dan Yeakterina II berhasil membawa Kekaisaran Rusia berkembang ke barat dan selatan hingga menjadi salah satu kerajaan Eropa terkuat sepanjang masa yang memiliki pertahanan militer serta angkatan laut yang memadai.

Baca juga: Kekaisaran Maurya: Sejarah, Raja-Raja, Masa Kejayaan, dan Kehidupan

Sistem pemerintahan

Kekaisaran Rusia merupakan sebuah monarki absolut, di mana para kaisarnya terus mempraktikkan sistem pemerintahan otokratis.

Setelah naik takhta, Pyotr I mengubah gelarnya dari tsar menjadi imperator (kaisar).

Kendati demikian, penguasa Rusia tetap disebut tsar oleh pihak non-Rusia sampai runtuhnya kekaisaran pada 1917.

Pada masa pemerintahan Pyotr I, Rusia dibagi menjadi delapan gubernia (provinsi administratif), yaitu Moskow, Ingria, Kiev, Smolensk, Arkhangel'sk, Kazan', Azov, dan Siberia.

Setiap gubernia diperintah oleh gubernur, yang memimpin delapan hingga 12 dewan.

Wilayah gubernia akan dibagi lagi menjadi beberapa dolia (bagian), dan di setiap dolia terdapat kepala yang bertugas mengumpulkan pajak.

Pajak ini digunakan untuk mendanai pasukan militer dan angkatan laut ketika Kekaisaran Rusia berperang.

Selain itu, Pyotr I juga membentuk 12 dewan yang terdiri dari tiga dewan untuk mengawasi urusan negara, tiga dewan untuk mengawasi keuangan, tiga dewan untuk mengawasi industri dan perdagangan, sementara tiga lainnya untuk menangani masalah peradilan, tanah, dan kotamadya kekaisaran.

Ketika Yekaterina II berkuasa, sebagian besar dari 12 dewan yang dibentuk Pyotr I dihapus.

Selain itu, ia juga menambah jumlah gubernia dari delapan menjadi 50.

Baca juga: Runtuhnya Kekaisaran Romawi

Keruntuhan Kekaisaran Rusia

Penguasa terakhir dari Dinasti Romanov, Nicholas II (1868-1918), naik takhta pada 1894.

Ketika berkuasa, ia menolak seruan publik untuk membentuk pemerintahan konstitusional dan malah melanjutkan revolusi industri.

Hal inilah yang memicu serangkaian gerakan reformasi dari kaum intelektual dan para petani.

Setelah Rusia kalah dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905), Nicholas II berupaya untuk melakukan reformasi, tetapi sudah terlambat.

Ketegangan yang terjadi di Kekaisaran Rusia berakhir ketika Nicholas II mengundurkan diri pada 1917.

Pada akhirnya, Partai Komunis Bolshevik menang dan mendirikan Uni Soviet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com