Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Napoleon Bonaparte Diasingkan?

Kompas.com - 07/07/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Napoleon Bonaparte adalah jenderal dan penguasa Perancis yang lahir dari keturunan bangsawan Italia.

Napoleon lahir di Corsika pada 15 Agustus 1769 dan meninggal pada 5 Mei 1821 di pengasingannya di Pulau Santa Helena.

Dalam sejarah hidupnya, Napoleon dikenal sebagai seorang jederal revolusioner dan juga kontroversial.

Kecerdasannya mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan politik dan sosial Eropa.

Namun di sisi lain, Napoleon adalah pemimpin yang haus kekuasaan hingga memicu beberapa negara Eropa untuk bersekutu dan melawannya.

Lantas, apa yang menjadi penyebab Napoleon Bonaparte akhirnya diasingkan?

Kiprah Militer Napoleon Bonaparte

Berkat kebangsawanan dan kekayaan keluarganya, Napoleon Bonaparte memiliki kesempatan untuk belajar hingga jenjang yang tinggi.

Lulus dari akademi militer, kariernya mulai menanjak setelah berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan.

Peristiwa ini terjadi pada 1795, saat Napoleon berusia 26 tahun.

Baca juga: Revolusi Perancis: Penyebab, Dampak, dan Pengaruh terhadap Indonesia

Pada 1796, ia diberi tanggung jawab untuk menjadi komando tentara Perancis di Italia.

Di negeri itu, Napoleon berhasil merebut serentetan kemenangan yang menjadikannya seorang pahlawan ketika kembali ke Perancis.

Meski pernah gagal ketika menjalankan misi ke Mesir, Napoleon juga memenangkan perang melawan Austria dan Prusia.

Pada 1799, ia membentuk pemerintahan konsulat bersama Albe Sieyes.

Pada masa ini pula Code Napoleon mulai digunakan yang nantinya menjadi cikal bakal hukum sipil modern.

Lima tahun kemudian atau pada 1804, Napoleon menobatkan dirinya sebagai kaisar Perancis dan melakukan perombakan besar-besaran dalam sistem administrasi pemerintahan dan hukum.

Namun, keberhasilan ini membuatnya menjadi angkuh dan haus kekuasaan.

Pada masa kejayaannya, Napoleon menguasai hampir seluruh daratan Eropa dan mengangkat tiga saudaranya ke atas takhta kerajaan di beberapa negara.

Hal inilah yang membuat Napoleon dianggap sebagai pengkhianat oleh rakyatnya karena telah mengingkari tujuan Revolusi Perancis.

Baca juga: Semboyan Revolusi Perancis: Liberté, Egalite, Fraternité

Pengasingan Napoleon Bonaparte

Pada 1812, Napoleon Bonaparte melakukan serangan ke Rusia, tetapi misinya menemui kegagalan karena cuaca yang sangat dingin.

Sejak saat itu, Austria, Prusia, dan beberapa negara Eropa lainnya sepakat untuk menggabungkan kekuatan guna menghadapi Napoleon.

Pada Oktober 1813, Napoleon kalah dalam pertempuran di Leipzig melawan gabungan pasukan-pasukan Eropa.

Tahun berikutnya, ia dilengserkan dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai Italia.

Pada 26 Februari 1815, Napoleon ternyata berhasil melarikan diri dari Pulau Elba dan kembali merebut kekuasaan di Perancis.

Kekuatan-kekuatan di Eropa pun segera bergabung dan melawan Napoleon, yang akhirnya kalah di Waterloo, Belgia.

Tepat seratus hari setelah menjadi kaisar, Napoleon dilengserkan dan kemudian diasingkan oleh Inggris ke Pulau Santa Helena yang terpencil di tengah Samudera Atlantik.

Di tempat inilah Napoleon tinggal hingga akhir hayatnya pada 5 Mei 1821 akibat kanker.

 

Referensi:

  • L. Santoso A.Z. (2017). Para Penggerak Revolusi. Yogyakarta: Laksana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com