Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nuku Muhammad Amiruddin: Masa Muda, Perjuangan, dan Pertempuran

Kompas.com - 28/06/2021, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nuku Muhammad Amiruddin atau Sultan Nuku adalah sultan dari Kesultanan Tidore yang diangkat pada 13 April 1779.

Sebagai seorang Sultan, sejak 1781, Nuku sudah aktif melakukan perlawanan terhadap Belanda. 

Sultan Nuku merasa tidak senang dengan intervensi VOC dalam mengangkat calon penerus Kerajaan Tidore. 

Oleh sebab itu, Sultan Nuku pun dianggap sebagai ancaman oleh pihak Belanda. 

Baca juga: Radin Inten II: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Masa Muda

Sultan Nuku Muhammad Amiruddin lahir di Tidore tahun 1738. 

Ia merupakan putra dari Sultan Jamaluddin dari Kesultanan Tidore. 

Sultan yang semaca kecil dipanggil Kaicil Syaifuddin ini dinobatkan untuk memimpin Tidore pada 1781. 

Sejak diangkat menjadi Sultan, Nuku telah banyak terlibat dalam peperangan melawan Belanda guna mempertahankan tanah airnya dan membela kebenaran. 

Nuku sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ia terus mengatur strategi dan taktik serta terjun ke dalam medan perang. 

Semua ini ia lakukan untuk membebaskan rakyat dari kejamnya penjajah dan hidup damai secara bebas merdeka.

Baca juga: Abdurrahman Baswedan: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Pertempuran

Pada 1779, Sultan Jamaluddin, yang tengah memimpin Kesultanan Tidore dianggap berbahaya bagi kedudukan Belanda, sehingga ia ditangkap dan diasingkan ke Batavia. 

Berdasarkan tradisi Kerajaan Tidore, pengangkatan raja baru harus berdasarkan dari silsilah.

Yang berhak untuk menggantikan Sultan Jamaluddin adalah putranya, Nuku. Tetapi, Belanda tidak menghendaki hal ini. 

Perlawanan pertama yang dilakukan oleh Nuku adalah pada saat dirinya bersama adiknya, Kamaluddin, menentang pengangkatn Kaicil Gay Jira oleh Belanda sebagai Sultan Tidore.

Penobatan yang dilakukan oleh Belanda ini dianggap telah melanggar tradisi Kesultanan Tidore.

Sampai akhirnya, Nuku pun dinobatkan sebagai Sultan untuk memimpin Kerajaan Tidore pada 1781. 

Untuk melakukan perlawanan, Nuku menggalang kekuatan guna melawan kompeni Belanda. Ia membangun kora-kora di daerah sekitar Pulau Seram dan Irian Jaya. 

Nuku juga mendirikan basis pertahanan di Seram Timur pada 1781. 

Pada 1787, Belanda pun menyerbu Seram Timur untuk menggugurkan Nuku dan pasukannya. 

Basis pertahanan Nuku di Seram Timur pun berhasil direbut, sehingga ia mengalihkan basis pertahanannya ke Pulau Gorong. 

Sejak saat itu, Nuku pun sulit ditaklukkan oleh Belanda, bahkan kompeni Belanda banyak mengalami kekalahan. 

Sultan Nuku bekerja sama dengan orang-orang Inggris. Nuku menghasut mereka agar mengusir orang-orang Belanda. 

Pasukan Nuku pun semakin menguat setelah mendapat perlengkapan perang dari Inggris.

Karena banyak mengalami kekalahan, VOC mengajukan tawaran berunding dengan Nuku. Namun tawaran tersebut ditolak dengan tegas oleh Nuku. 

Pada 1796, pasukan Nuku berhasil merebut dan menguasai Pulau Banda. 

Setahun setelahnya, mereka mampu merebut Tidore yang kemudian dipimpin oleh Sultan Kamaluddin.

Sepeninggal Sultan Kamaluddin, rakyat Tidore menunjuk Nuku untuk menjadi Sultan Tidore.

Baca juga: Pong Tiku alias Ne Baso: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Akhir Hidup

Sultan Nuku pun terus mengerahkan kekuatannya terhadap Belanda di Ternate.

Akhirnya, pada 1801, Ternate berhasil dibebaskan dari cengkraman Belanda. 

Sultan Nuku wafat pada tahun 1805 di usia 67 tahun. 

Sebagai penghargaan untuk jasa-jasanya, Sultan Nuku dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI No. 071/TK/1995, pada 7 Agustus 1995. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com