Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suharso: Kiprah dan Karyanya di Dunia Medis

Kompas.com - 04/06/2021, 16:14 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suharso merupakan seorang dokter medis yang dikenal dengan pekerjaannya bersama orang-orang disabilitas.

Ia juga berperan dalam rehabilitasi orang-orang yang terluka selama Revolusi Nasional Indonesia. 

Selain itu, Suharso juga merupakan pendiri dari Pusat Rehabilitasi Profersor Dokter Suharso, tempat merawat penderita cacat jasmani. 

Baca juga: Sisingamangaraja XII: Kehidupan, Perjuangan, dan Perlawanan

Kehidupan

Suharso lahir di Boyolali, 13 Mei 1912, di kaki Gunung Merbabu. 

Ayahnya bernama Sastrosuharjo, seorang polisi. 

Pada 1919, Suharso memulai pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) atau sekolah zaman penjajahan Belanda di Salatiga. 

Suharso lulus pada 1926 dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah pertama zaman Belanda di Yogyakarta. 

Setelah selesai di MULO, Suharso lanjut ke sekolah Algemene Middelbare atau SMA di Yogyakarta. 

Selama menjalankan pendidikan di sekolah-sekolah ini, Suharso juga menjadi pengikut gerakan Jong Java

Sejak bergabung dalam Jong Java, Suharso memiliki minat dalam dunia politik dan sains. 

Ia kemudian melanjutkan sekolahnya di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) atau sekolah pendidikan dokter pribumi di Surabaya. 

Selama di sekolah ini, ia juga tertarik pada masalah budaya, sehingga ia mendirikan organisasi budaya Jawa bernama Siwa Matoyo.

Suharso pun lulus dari NIAs pada 1939 dan resmi menjadi seorang dokter. 

Setelah lulus, ia mulai bekerja di rumah sakit pusat di Surabaya. 

Namun, karena posisi dokter pribumi yang patuh terhadap Hindia, ia dikirim untuk bekerja ke posisi yang kurang diinginkan di Hindia Belanda bagian Timur.

Awalnya ia dipindahkan ke Kabupaten Sambas, namun diubah menjadi Kabupaten Ketapang. 

Baca juga: Ahmad Dahlan: Kehidupan, Perjuangan, dan Perannya di Muhammadiyah

Kiprah di dunia medis

Pada 1942, Jepang masuk dan menjajah Indonesia. 

Selama pendudukan Jepang ini, Suharso melarikan diri dari rumah sakit. Ia kembali ke Jawa, di mana ia mulai bekerja di rumah sakit di Surakarta.

Namun, karena keintelektualannya, Suharso pun menjadi sasaran Jepang sebagai bagian dari taktik kependudukan mereka.

Jepang pun mencoba melakukan pemerasan kepada Suharso agar ia kembali bekerja di rumah sakit di sana. 

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, Suharso masih bekerja di rumah sakit Surakarta selama beberapa waktu. 

Selama waktu inilah, ia mulai meneliti teknik medis untuk rehabilitasi para korban perang. 

Pada saat itu, satu-satunya tempat di Jawa untuk mendapatkan prostesis atau alat kesehatan adalah di Bandung. 

Suharso pun mulai merekrut orang untuk membuat kaki palsu. Ia juga mengembangkan teknik untuk merehabilitasi cidera dan mendirikan pusat rehabilitasi. 

Baca juga: Cut Meutia: Kehidupan, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Karya

Sejak saat itu, Suharo mendapat perhatian serta dukungan dari pemerintah Indonesia yang baru saja merdeka. 

Pada 1950, ia diberi dana khusus untuk melakukan perjalanan ke Inggris guna meneliti Ortopedi dan prostetik di tingkat yang lebih tinggi.

Sekembalinya ke Indonesia, ia mulai mempraktikkan teknik produksi prostetik yang lebih maju daripada yang sebelumnya. 

Ia juga dibantu oleh seorang ahli prostetik Jerman pada 1954 untuk memodernisasi teknik mereka sekali lagi. 

Masih di tahun yang sama, 1954, anggota Angkatan Bersenjata diberi dana bantuan. Pusat rehabilitasi Suharso pun ditempatkan di bawah Departemen Sosial. 

Sebuah fasilitas baru khusus untuk anak-anak atau Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat juga didirikan. 

Pada 1960-an, Suharso terus melebarkan sayapnya untuk membangun dukungan nasional bagi penyandang disabilitas Indonesia yang tidak dapat mengakses pelayanan tersebut.

Pada 1962, Suharso mendirikan Yayasan Pembina Olah Rage Penderita Cacat. Kemudian, pada 1967, ia mendirikan Yayasan Balai Penampungan Penderita Paraplegia di Surakarta. 

Baca juga: Arie Frederik Lasut: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Akhir Hidup

Pada 27 Februari 1971, Suharo menghembuskan napas terakhirnya. 

Jenazahnya disemayamkan di di dekat tempat kelahirannya di Kabupaten Boyolali. 

Pasa 6 November 1973, ia dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. 

Referensi:

  • Mirnawati. (2012). Kumpulan pahlawan Indonesia terlengkap. Mekarsari, Cimanggis, Depok: Cerdas Interaktif.
  • Poliman. (1983). Prof. Dr. R. Suharso. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com