Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tuanku Imam Bonjol, Pejuang Perang Padri

Tuanku Imam Bonjol dikenal karena perannya dalam Perang Padri melawan penjajah Belanda pada abad ke-19.

Ia merupakan salah satu tokoh kunci dalam Perang Padri, yang dapat menyatukan kaum Padri dan kaum Adat untuk bersatu melawan Belanda.

Berikut ini biografi singkat Tuanku Imam Bonjol.

Lahir di Bonjol

Nama asli Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab. Ia lahir pada 1772 di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat.

Tuanku Imam Bonjol adalah putra dari Bayanuddin Syahab dan Hamatun. Ayahnya adalah seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Sulik, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Sebelum dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol, ia mempunyai beberapa gelar atau nama panggilan, seperti Peto Syarif dan Malim Basa.

Pendidikan Tuanku Imam Bonjol dimulai dari ayahnya, khususnya dalam ilmu agama Islam. Setelah dewasa, ia kemudian menimba ilmu agama di Aceh.

Sekembalinya dari Aceh, ia belajar ilmu agama dan ilmu perang kepada Tuanku Nan Renceh.

Perjuangan Tuanku Imam Bonjol

Ketika Tuanku Imam Bonjol berguru kepada Tuanku Nan Renceh, pertentangan antara kaum Adat dan Padri terkait masalah agama tengah memanas.

Perselisihan tersebut memicu terjadinya Perang Padri antara kaum Adat dan kaum Padri, yang meletus pada 1803.

Tuanku Nan Renceh menunjuk Imam Bonjol sebagai imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol.

Imam Bonjol kemudian membangun sebuah benteng di Bukit Tajadi yang diberi nama Benteng Bonjol.

Sejak peristiwa itulah, nama Tuanku Imam Bonjol lebih populer daripada nama aslinya, Muhammad Shahab.

Perang Padri yang awalnya perang saudara antara kaum Adat dan kaum Padri, berubah menjadi perang kolonial pada 1821, di mana kaum Adat mendapat bantuan dari Belanda.

Ketika Belanda mengusulkan gencatan senjata pada 1825, Tuanku Imam Bonjol mencoba mengajak kaum Adat bersatu melawan Belanda.

Langkah tersebut membuahkan hasil, dan pada akhir 1832 kedua kubu melakukan persetujuan di lereng Gunung Tandikat.

Mengetahui hal itu, Belanda menutup pesisir barat yang merupakan garis bantuan ekonomi dan pesisir timur yang merupakan pintu gerbang perdagangan Minangkabau.

Selain itu, serangan yang dilancarkan penduduk Minangkabau selalu dapat diredam oleh Belanda yang terus mendapatkan dukungan dari Batavia.

Pada 1837, daerah Bonjol berhasil direbut Belanda, tetapi Tuanku Imam Bonjol berhasil lolos dan memimpin pasukan gerilya di pedalaman Sumatera Barat.

Setelah itu, Belanda menggunakan taktik licik untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol.

Taktik Belanda untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol adalah dengan ajakan berunding.

Pada Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang oleh Residen Francais di Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, untuk berunding.

Namun, perundingan itu hanyalah akal bulus Belanda untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol.

Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat, sebelum dipindahkan ke Ambon.

Wafat di Minahasa

Dari Ambon, Tuanku Imam Bonjol akhirnya diasingkan ke Lotak, Minahasa, hingga akhir hayatnya.

Tuanku Imam Bonjol wafat pada tahun 1864, tepatnya pada tanggal 8 November.

Setelah meninggal, Tuanku Imam Bonjol tetap dihormati sebagai salah satu tokoh yang gigih berjuang di daerah Sumatera Barat.

Sebagai penghormatan atas jasanya, Tuanku Imam Bonjol ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tertanggal 6 November 1973.

Tak hanya itu, namanya diabadikan menjadi nama-nama jalan, sekolah, dan institusi di sejumlah daerah. Indonesia juga pernah mempunyai uang Rp 5.000 yang bergambar Tuanku Imam Bonjol. Uang kertas tersebut terbit pada 6 November 2001

Referensi:

  • Basuki, Yoyok R. (2023). Tuanku Imam Bonjol. Malang: Azhar Publisher.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/08/210000079/tuanku-imam-bonjol-pejuang-perang-padri

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke